Bu Mayke, anak saya berumur 13 bulan, sehat dan lincah. Di rumah ia lebih sering bersama Nenek dan Mbaknya (pembantu). Interaksi dengan orang lain pun sangat baik, karena ia bisa bermain dengan siapa saja, tak ada rasa takut/malu.
Di rumah kami juga ada sepupunya (keponakan saya) yang suka datang untuk bermain bersamanya. Masalahnya, sang sepupu pelit dalam meminjamkan mainan dan suka merebut mainan. Barang-barang yang dipegang oleh anak saya suka diambil secara tiba-tiba, bahkan suka memukul. Ketika anak saya berumur 9 bulan, saat barangnya diambil dia masih cuek saja dan tidak merespons. Tapi setelah umur 11 bulan, anak saya mulai merespons; ketika barangnya diambil dari tangannya, ia langsung menangis, merasa kesal dan terkadang suka memukul ubin dengan tangannya, bahkan dia juga sudah bisa membalas dengan memukul balik sepupunya itu.
Saya khawatir dengan perkembangan jiwa anak saya, takut dia jadi cengeng. Neneknya pun selalu membela sepupunya, karena kalau anak saya tidak mengalah, sepupunya itu akan menangis lebih keras dan malah memukul anak saya. Saya jadi kesal. Biasanya kalau ada kejadian seperti itu, saya langsung membelokkannya atau membawa dia pergi. Apakah tindakan saya sudah benar, Bu? Tindakan apa lagi yang harus saya lakukan agar anak saya bisa lebih leluasa bermain tanpa ada tangisan? Mohon penjelasan dari Bu Mayke. Terima kasih.
Evi - Jakarta
Jawab:
Evi, anak-anak usia batita biasanya bertindak agresif seperti memukul, merebut mainan anak lain sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya. Mereka belum bisa memahami bahwa tindakannya bertentangan dengan nilai-nilai moral, dia hanya melihat dari sisi kepentingannya saja. Ketika anak bertambah besar, perilaku agresif bisa menjadi tindakan yang sengaja dilakukan untuk menyakiti orang lain.
Si kecil baru berusia 13 bulan, sepupunya pun mungkin usianya tidak berbeda jauh. Tak heran kalau mereka saling berebut atau memukul dengan tujuan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Untuk anak-anak batita, tak ada cara yang lebih tepat, selain selalu mengawasi anak-anak ini ketika mereka bermain bersama. Tujuannya, mencegah kalau ada tindakan yang membahayakan kedua anak ini dan mengajarkan agar bisa bermain bersama-sama. Mereka perlu diberi tahu, kalau ingin memainkan benda tertentu tak bisa dengan cara merebut dari saudaranya.
Orang dewasa yang mengawasi harus bersikap bijaksana, mencoba untuk menengahi dan bukan memperuncing suasana dengan meminta salah satu anak selalu mengalah. Dalam hal ini, Evi perlu berbicara dengan Ibu bahwa tindakannya akan merugikan perkembangan kedua cucunya. Yang satu bisa menjadi pemarah karena merasa diperlakukan tidak adil, selalu harus mengalah; sedangkan cucu yang satu lagi tidak belajar untuk berbagi dan bisa jadi akan sulit diterima oleh teman-teman sebayanya ketika masuk sekolah, dan bisa saja akan merembet ke masalah-masalah lain.
Entah apa yang menyebabkan ibunya Evi bersikap seperti itu, apakah dia sudah lelah harus mengawasi kedua cucu dan mengurus keperluan rumah tangga, atau ada masalah lain mungkin? Kalau Evi sulit berbicara, perlihatkan saja tabloid ini untuk dibaca oleh Ibu dan saudara Evi.
Ketika Evi mendapatkan keponakan Evi merebut atau memukul anak Evi, tidak usah ragu untuk mengambil tindakan dengan mengatakan “tidak pukul adik”, atau bujuk si keponakan dengan mainan lain, atau tengahi mereka agar mau bermain bergiliran atau bersama-sama. Bila Evi membawa si kecil pergi dari situasi berebut mainan, masalahnya tak terselesaikan. Keponakan Evi harus belajar bahwa tindakan memukul dan merebut tidak dibenarkan, bukan dibiarkan saja. Sebaliknya, anak Evi perlu mempertahankan diri kalau direbut mainannya dan dibantu untuk bernegosiasi agar kedua anak ini belajar bahwa masalah bisa diselesaikan. Kalau Evi merasa tidak enak dengan orangtua si kecil, ajak saja mereka bicara secara terbuka, apa tujuan dari tindakan Evi.
Kalau anak Evi memukul ubin karena dia frustrasi, sebaiknya tidak dibiarkan. Katakan saja bahwa ibunya tahu kalau dia kesal, marah, dan hiburlah dia dengan memeluk serta meredakan rasa kesalnya, lalu ajak lagi bermain dengan sepupunya, mengingat emosi anak kecil mudah berubah dari rasa kesal ke rasa senang. Mudah-mudahan Evi tidak sampai memendam rasa marah pada keponakan sebab dia masih kecil dan belum mengerti bahwa perbuatannya tidak benar. Akan tetapi keponakan maupun anak Evi perlu ditolong, dilatih untuk bisa mengatasi situasi yang tidak menyenangkan. Sekian dan semoga Evi bisa bertindak bijaksana dalam menghadapi masalah ini. Salam.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
KOMENTAR