Bu Mayke, saya memiliki 3 putra-putri. Si sulung 13 tahun, anak kedua 8 tahun dan si bungsu 6 tahun. Si anak tengah dan bungsu sering bertikai. Bahkan sampai si bungsu menangis. Sering kali saya mengingatkan si tengah agar mengalah dan jangan jahil pada adiknya. Cuma, terakhir ini saya perhatikan, gara-gara hal sepele saja si bungsu kok menangisnya terlihat berlebihan. Misalnya, hanya karena berebut mainan, si bungsu menangis dan menjerit-jerit. Atau tanpa sengaja mainannya patah oleh si tengah, eh si bungsu langsung tantrum. Saya jadi berpikir, jangan-jangan si tengah sebetulnya tak bersalah, cuma sering kali jadi objek kesalahan. Sementara, si bungsu merasa selalu menang, akhirnya mencari perhatian dengan cara tantrum seperti itu.
Bagaimana saya harus bersikap ya Bu? Saya khawatir si tengah jadi selalu merasa bersalah padahal mungkin ia tak bersalah. Saya berusaha tak pilih kasih dan tidak menganakemaskan. Demikian Bu, atas perhatian dan penjelasannya saya ucapkan terima kasih.
Meilany – Bogor
Jawab:
Wah, Meilany sudah ahli menganalisis masalah pertengkaran antara anak tengah dan bungsu. Benar sekali, si bungsu show-off, seakan-akan dia menjadi korban perlakuan kakaknya dan menangis keras-keras dalam rangka memberi tahu orang-orang di sekitarnya bahwa dia butuh ditolong dan dibela.
Bisa jadi dia belajar dari pengalaman bahwa semakin keras tangisan, dianalogikan dengan semakin parahnya penderitaan. Hal ini akan bertahan kalau pancingannya mengena, misalnya ada pengasuh yang langsung menanggapi dengan memarahi kakaknya atau menaruh simpati dan membela dia. Faktor kepribadian juga ikut berperan, ada anak yang mudah menangis (cengeng) walaupun sebenarnya kecengengan seseorang bisa diatasi kalau lingkungan tidak terlalu merespons tangisan atau rengekannya.
Sangat bagus bahwa Ibu Meilany setelah mengamati perilaku anak, menyadari bahwa si bungsu memperalat orangtuanya. Jadi untuk mengatasi kecengengan anak, caranya adalah tidak usah terlalu digubris kalau dia tantrum atau menangis keras dan tidak segera memarahi kakaknya. Akan tetapi hendaknya orangtua tetap waspada dan mengamati secara objektif apa yang terjadi dengan kedua anak tersebut agar dapat melakukan tindakan yang tepat. Salam dari saya.
6 Tips Membujuk Anak Agar Nyaman Menjalani Pemeriksaan dan Perawatan Saat Sakit
KOMENTAR