Tabloiod-Nakita.com - Batita, sehari-harinya memang jarang bisa diam. Baterainya seolah selalu terisi penuh dan tak ada habisnya. Maklumlah, masa batita merupakan masa bereksplorasi terhadap diri dan lingkungan. Alhasil mereka sangat senang dengan aktivitas bermain dan aneka kegiatan eksplorasi lainnya. Yang dapat dilakukan orangtua adalah menyiasati agar si batita tidak kekurangan waktu tidur. Tidur yang berkualitas atau tidur nyenyak diperlukan oleh si kecil untuk memulihkan stamina, memberi kesempatan kepada tubuh untuk melepaskan hormon pertumbuhan, memberbaiki sel-sel yang rusak, dan menstabilkan emosi.
Agar si aktif peka terhadap lelah dan kantuk yang dirasakannya, ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua. Salah satunya dan yang paling mendasar dengan menetapkan waktu tidur, sehingga tubuh si batita akan terbiasa dan memiliki waktu biologis: pada jam tertentu tubuhnya akan memunculkan sinyal berupa rasa kantuk tanda ia harus beristirahat.”
Lalu, jam berapa sebaiknya si batita tidur malam? Biasanya, antara pukul 19.00--22.00 (semakin anak besar, rasa kantuk biasanya semakin mundur). Kalau orangtua menghendaki si kecil bangun pagi-pagi agar dapat bermain sebentar dengan kedua orangtuanya sebelum mereka bekerja, tanamkan kebiasaan tidur kurang lebih pukul 19.00 seperti yang disarankan psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan UI, Jakarta, ini. Kebutuhan tidur anak batita dalam sehari adalah 10--12 jam. Tidur malam yang berkualitas biasanya berlangsung selama 8 jam. Agar anak dapat merasakan datangnya kantuk, setiap menjelang jam tidurnya, bangunlah suasana tenang di rumah. Berikut tip agar batita mempunyai pola tidur yang baik;
1. Hindari aktivitas fisik berlebihan.
Aktivitas fisik berlebihan, seperti berlari-lari atau melompat-lompat di atas tempat tidur, akan meningkatkan adrenalin. Anak menjadi bersemangat dan menolak tidur. Karenanya, menjelang tidur ajak anak melakukan kegiatan atau permainan pasif seperti "membaca" buku bergambar, mendengarkan dongeng, bermain bayangan di dinding, melihat bulan dan bintang dari balik jendela, bernyanyi dan bercanda ringan di tempat tidur, atau mendengarkan musik yang disukai yang dapat membuatnya relaks.
2. Ciptakan suasana kamar yang nyaman.
Kamar nyaman biasanya memiliki suhu yang tidak panas juga tidak terlalu dingin. Matikan lampu utama kamar dan nyalakan lampu tidur. Matikan teve, komputer, dan peralatan elektronik bersinar lainnya. Anggota keluarga yang lain hendaknya juga menghindari aktivitas yang menyebabkan suara berisik.
3. Bersih-bersih badan dan kenakan baju tidur.
Menjelang jam tidur, kondisikan anak untuk berangkat tidur: ajak ia buang air kecil, mencuci kaki dan tangan, menyeka tubuh yang tadi bersimbah keringat, menggosok gigi, memakai minyak telon atau bedak karena baunya memberikan efek aromaterapi, dan mengganti baju dengan baju tidur yang nyaman dan bersih agar muncul perasaan relaks. Dengan dibiasakan melakukan persiapan, anak jadi memahami dan mengaitkan kegiatan itu dengan waktu tidur. Setelah anak berbaring bantu ia menjadi lebih relaks dengan pijatan ringan atau elusan teratur disertai senandung merdu. Sebagian anak membutuhkan ayunan dalam gendongan untuk mendapatkan relaksasi dan akhirnya tertidur.
4. Berdoa sebelum tidur.
Mulai usia 2,5--3 tahun, kebiasaan berdoa sebelum tidur dapat menciptakan perasaan lebih tenang pada anak.
5. Hentikan sejenak kesibukan.
Apa yang dilakukan anak mencontoh rutinitas orangtua atau pola yang ada di rumahnya. Jika anak terbiasa melihat orangtua tidur larut malam, biasanya pola yang sama juga terjadi dengan anak. Jadi, orangtua perlu menyiasati dengan cara menidurkan anak terlebih dahulu, kemudian setelah anak tidur barulah orangtua kembali melanjutkan aktivitasnya.
Seperti halnya tidur malam, kita juga perlu membujuk si batita agar mau tidur siang. Mengapa? Karena kecukupan tidur siang dan malam sama pentingnya bagi pertumbuhan fisik dan psikologis anak. Di saat tidur siang, anak sebenarnya sedang mengumpulkan tenaga untuk bisa melanjutkan aktivitas bermainnya di sore hari. Tidur siang juga memberikan kesempatan kepada tubuh anak untuk mengembangkan jaringan saraf-saraf otak, sehingga dapat menyerap beragam informasi yang ada di lingkungan. Kebutuhan tidur/istirahat anak usia 1 tahunan sekitar 12 jam sehari belum termasuk tidur siang selama 1—2 jam.
Selanjutnya di usia 2—3 tahun, pola tidur anak mulai menyerupai pola tidur orang dewasa, yaitu rata-rata 8—10 jam sehari. Sebaiknya sejak awal anak sudah dibiasakan tidur siang sehingga kebutuhan beristirahatnya dapat terpenuhi. Sebagian anak yang memiliki energi besar atau aktif memang sulit diajak tidur siang.
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR