Gaji Rp20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.
"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi," ucap Anita.
Bahkan sang bayi 14 bulan itu justru merengek tidak bisa tidur kalau tidak minum kopi barang sehari pun.
"Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita lagi.
Menurut Anita, Ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.
Saat musim panen, Sarifuddin kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra dengan pendaptan maksimal Rp40.000.
Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra karena saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.
Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Safira Dita |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR