Nakita.id - Beberapa waktu lalu viral kabar pengemis kaya yang tertangkap membawa uang Rp194,5 juta di tas ranselnya.
Dilansir dari TribunJakarta, pengemis itu bernama Mukhlis Muctar Besani (66).
Mukhlis diamankan usai keluar dari Bank BNI Cabang Pondok Indah Arteri, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (29/11/2019).
Ternyata bukan pertama kalinya ia diciduk oleh petugas karena mengemis dan membawa uang dengan jumlah yang banyak.
Sebelumnya beberapa tahun lalu, Mukhlis juga ditangkap lantaran mengemis sembari mebawa uang sekitar Rp 99 juta.
Usai pulang ke Jambi, tempat tinggalnya, kini ia kembali tertangkap oleh petugas sosial karena mengemis di Jakarta.
Mulanya, Mukhlis menyangkal jika ia kembali ke Jakarta untuk mengemis.
Namun setelah dicecar dengan berbagai pertanyaan, akhirnya ia mengakui jika ia mengemis.
"Awalnya enggak bilang kalau mengemis. Bilangnya usaha. Namun, enggak mungkin di sini dia enggak punya rumah dan saudara," terang salah satu Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) Muhammad Yunus.
Usai mengaku, tas ransel Mukhlis pun dibuka dan ada Rp182 juta uang yang berhasil dihitung oleh petugas di lapangan.
Namun, lanjut Yunus, ketika kembali dihitung ulang di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, jumlahnya Rp 194.500.000.
"Awalnya kan memang saya tanya ini dari mana? Dari usaha bengkel katanya. Namun, akhirnya dia mengaku bahwa dari hasil mengemis," terang Yunus.
Kini, uangnya diamankan oleh pihak Panti Bina Insan Bangun Daya 1, Kedoya, Jakarta Barat.
Saat diwawancarai, Mukhlis mengaku mengemis untuk mendapatkan uang dengan target Rp 200 juta.
Katanya, uang itu akan digunakan untuk membangun kembali tempat usaha orangtuanya yang terbakar habis di Jambi.
"Usaha dan tempat tinggal orangtua saya mengalami kebakaran. Habis Rp 200 juta," tambahnya.
Penjelasan ketua panti
Kepala Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Masyudi mengatakan tak percaya begitu saja dengan jawaban Mukhlis bahwa ia bekerja untuk mendapatkan uang.
Pasalnya, kedua penangkapan dirinya karena ia tertangkap basah tengah mengemis untuk mengumpulkan uang.
Masyudi membenarkan jika usaha keluarganya telah terbakar namun itu terjadi di tahun 1978.
"Namun, usaha orangtuanya terbakar setelah puluhan tahun lalu, sekitar tahun 78. Tidak mungkin lagi. Itu kan pasar. Alasannya dia enggak berubah sewaktu pertama kali ditangkap," pungkasnya.
Belanja Baju Lebaran yang Seru dan Menyenangkan Lewat Koleksi Athleisure Premium dan Workshop DIY Eid Aksesoris
Source | : | Tribun Jakarta |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR