Nakita.id - Saat anak bisa melakukan sesuatu, tak jarang Moms akan memujinya atau memberikan label "anak baik" atau "anak pintar".
Namun, tahu kah Moms bahwa melabel seperti itu malah berdampak buruk loh.
Dilansir dari Lifehacker.com, berikut penjelasan mengapa melabel "anak baik" dan "anak pintar" malah berdampak buruk.
Baca Juga: Inilah Ciri-ciri Hamil Anak Laki-laki Menurut Berbagai Penelitian, Nomor 3 Bikin Tak Menyangka!
1. Melabel "anak baik"
Pernyataan ini, meski dikatakan dengan niat baik, sebenarnya memiliki efek sebaliknya dari yang Moms harapkan.
Sebagian besar orang tua mengatakan ini sebagai cara untuk meningkatkan harga diri anak.
Sayangnya, malebel seperti itu memiliki efek yang sangat berbeda.
Ketika anak-anak mendengar "gadis yang baik!" Setelah melakukan tugas yang diminta, mereka menganggap bahwa mereka hanya "baik" karena telah melakukan apa yang Moms minta.
Hal itu membentuk sebuah skenario di mana anak-anak dapat menjadi takut kehilangan status mereka sebagai "anak yang baik".
Motivasi mereka untuk bekerja bisa saja hanya ingin mendapatkan umpan balik yang mereka harapkan, yaitu mendapatkan predikat baik.
Sebaiknya
Moms bisa mengatakan "mainan yang kamu bagikan pada teman-teman membuat mereka bahagia."
Kalimat itu lebih tepat diungkapkan karena bisa membuat anak berpikir bahwa memberi adalah hal yang berdampak baik.
Sehingga anak bisa mengulangi perbuatannya itu karena motivasi dalam dirinya bukan karena ingin mendapatkan pujian.
2. Melabel "anak pintar"
Dengan memberi tahu anak-anak bahwa mereka cerdas, Moms secara tidak sengaja mengirim pesan bahwa mereka hanya pintar ketika mereka mendapatkan nilai, mencapai tujuan, atau menghasilkan hasil yang ideal.
Baca Juga: 4 Kali Nikah, Komedian Terkenal Ini Pernah Hidup Sengsara Jadi Kuli Bangunan Sebelum Sukses
Hal itu bisa memberikan tekanan pada seorang anak muda hingga dewasa.
Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika kami memberi tahu anak-anak bahwa mereka pintar setelah menyelesaikan puzzle, mereka cenderung enggan mencoba puzzle yang lebih sulit setelahnya.
Itu karena anak-anak khawatir jika mereka tidak melakukannya dengan baik, kami tidak akan lagi berpikir mereka "pintar."
Sebaiknya
Tentu, memecahkan teka-teki itu menyenangkan, tetapi begitu juga mencoba teka-teki yang bahkan lebih sulit.
Studi-studi yang sama menunjukkan bahwa ketika kita fokus pada upaya seperti “wow, kamu benar-benar berusaha keras hingga kamu berhasil menyusunnya!”
Maka kalimat itu membuat anak-anak jauh lebih mungkin untuk mencoba teka-teki yang lebih menantang di waktu berikutnya.
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Source | : | lifehacker.com |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR