Nakita.id – Tahukah Moms apa itu autism spectrum disorder?
Autism spectrum disorder (ASD), dalam bahasa Indonesia disebut Autis adalah disabilitas perkembangan saraf yang memengaruhi keterampilan sosial, komunikasi, dan perilaku anak.
Moms mungkin tidak melihat keterlambatan dalam keterampilan sosial dan komunikasi di tahun pertama kehidupan Si Kecil.
Itu disebabkan sebagian besar anak-anak dengan ASD akan duduk, merangkak, dan berjalan tepat waktu, sama seperti anak normal lainnya.
Baca Juga: Autis Tak Terdeteksi Sejak Dini, Perhatikan Gejala Autis Pada Anak Usia 3 Tahun!
ASD mempengaruhi sekitar 1 dari 59 anak-anak.
Anak laki-laki didiagnosis dengan ASD sekitar 4 kali lebih sering daripada anak perempuan.
Jumlah anak yang dilaporkan menderita autisme telah meningkat sejak awal 1990-an.
Peningkatan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Salah satu faktornya adalah banyak keluarga lebih menyadari ASD.
Dokter anak melakukan lebih banyak skrining untuk ASD, seperti yang direkomendasikan oleh AAP (American Academy of Pediatrics).
Skrining merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang memiliki faktor risiko terhadap suatu masalah kesehatan (identifikasi dini).
Ini dilakukan agar keluarga dan orang sekitar memiliki kesadaran untuk memberikan penanganan yang tepat bila Si Kecil menderita ASD.
Begitu juga dengan pihak sekolah untuk lebih sadar agar anak-anak menerima layanan pendidikan khusus yang lebih sesuai.
Ada banyak perubahan dalam bagaimana ASD didefinisikan dan didiagnosis
Perubahan dalam cara autisme didefinisikan dan didiagnosis:
Dokter menggunakan buku yang disebut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Kelima (DSM-5) untuk membantu mendiagnosis autisme.
Di masa lalu, hanya anak-anak dengan gejala autisme paling parah yang didiagnosis.
Tetapi pada 2013, kriteria diagnostik untuk gangguan spektrum autisme (ASD) berubah berdasarkan literatur penelitian dan pengalaman klinis dalam 19 tahun sejak DSM-IV diterbitkan pada 1994.
Sekarang anak-anak dengan gejala yang lebih ringan sedang diidentifikasi.
Beberapa kondisi yang digunakan untuk didiagnosis, yaitu:
- Gangguan autistik
- Gangguan perkembangan pervasive — tidak ditentukan lain (PDD-NOS)
- Sindrom Asperger
- Gangguan Disintegratif
Kondisi tersebut secara terpisah dengan istilah "gangguan perkembangan pervasif" atau "gangguan spektrum autisme."
Dengan diterbitkannya edisi kelima DSM pada tahun 2013, istilah yang tercantum di atas tidak lagi digunakan dan kondisi ini sekarang dikelompokkan dalam kategori yang lebih luas dari gangguan spektrum autisme atau ASD.
Banyak orang mungkin mengidentifikasikan diri mereka menderita Sindrom Asperger, tetapi para profesional tidak boleh lagi menggunakan terminologi ini ketika membuat diagnosis.
Manfaat identifikasi dini:
Setiap anak autis memiliki kebutuhan yang berbeda.
Semakin cepat autisme diidentifikasi, semakin cepat program intervensi dini yang diarahkan pada gejala anak dapat dimulai.
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar semua anak diskrining untuk ASD.
Skrining dilkukan sejak anak berusia 18 dan 24 bulan.
Penelitian menunjukkan bahwa memulai program intervensi sesegera mungkin dapat meningkatkan hasil yang baik bagi banyak anak autis untuk dapat menanganinya dengan tepat.
Anak-anak dengan ASD mungkin memiliki masalah medis lain yang mungkin memerlukan evaluasi dan perawatan lebih lanjut.
Ini mungkin termasuk kejang, masalah dengan tidur, masalah pencernaan (masalah makan, sakit perut, sembelit, diare, dan masalah kesehatan perilaku (seperti kecemasan, ADHD, lekas marah, dan agresi).
Ciri-ciri Autis
Berikut ciri-ciri peyandang autis yang dapat dikenali sejak bayi:
1. Bayi Usia tiga bulan
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, bayi penyandang autisme mungkin menunjukkan tanda-tanda berikut ketika usia tiga bulan:
- Tidak tersenyum pada orang.
- Tidak menanggapi suara keras dan tiba-tiba.
- Tidak berupaya untuk berbicara.
- Tidak bereaksi terhadap wajah-wajah baru.
- Mengalami kesulitan memegang atau menggenggam benda.
- Tidak mengikuti obyek yang bergerak dengan matanya.
2. Bayi Usia tujuh bulan
Gejala autis yang paling umum diamati pada sekitar usia tujuh bulan, sebagai berikut:
- Tidak menunjukkan kasih sayang terhadap orangtuanya.
- Tidak tertawa, tersenyum, atau membuat suara.
- Tidak menengok untuk melihat orang yang sedang berbicara padanya.
- Tidak mencoba untuk menjangkau objek.
- Tidak mencoba untuk menarik perhatian Mama ke arahnya dengan tindakan tertentu.
- Jarang menunjukkan minat dalam kegiatan permainan.
- Tidak merespons setiap ada suatu tindakan yang mendadak.
3. Bayi Usia 12 bulan
Jika bayi mengidap autis, dia mungkin akan menampilkan tanda-tanda dan gejala berikut:
- Tidak membuat upaya untuk berbicara atau menggunakan kata-kata tunggal.
- Jarang merangkak.
- Tidak berdiri bahkan ketika didukung.
- Tidak menunjukkan ekspresi saat menemukan benda menarik.
- Tidak melompat, melambai, ataupun menggeleng.
Paling penting, orangtua juga perlu mengetahui bahwa kini ada banyak terapi untuk menangani anak-anak autis.
Salah satunya terapi okupasi, yang membantu penyandang autisme mengembangkan ketrampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Juga mengembangkan minat, aktivitas, dan bermain yang serba terbatas.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | Healthy Children,Nakita |
Penulis | : | Nur Marufah Saniati |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR