Kedua, menerima uang saku mengajarkan anak-anak bagaimana mengelola uang, dan melihat perbedaan antara keinginan dan kebutuhan.
Hal ini tidak ada hubungannya dengan memenuhi kewajibannya, salah satunya melakukan pekerjaan rumah.
BACA JUGA: Asyik, Lho Berbelanja Bersama Anak. Ini Dia Tips Agar Anak Tidak Rewel Saat Berbelanja!
Kolumnis keuangan pribadi New York Times dan penulis The Opposite of Spoiled, Ron Lieber mengatakan, "Orangtua tidak dibayar untuk lakukan pekerjaan rumah tangga keluarga, demikian pula anak-anak."
Pengarang Money-Smart Kids Gail Vaz-Oxlade menyetujuinya, "Saya mendefinisikan uang saku sebagai uang yang biasanya dibelanjakan untuk anak-anak di tangan mereka, sehingga mereka dapat belajar mengelolanya."
2. Upah sebagai proses belajar
Psikolog riset Dr. Denise Cummins khawatir upah tanpa ikatan mengarah pada hak.
Ia memeringatkan, anak-anak yang dibesarkan dalam sistem ini berakhir, "Percaya bahwa orang dewasa atau pihak berwenang harus memberikan apa yang mereka inginkan hanya karena mereka butuh atau menginginkannya."
BACA JUGA: Wah, Riset mengatakan Berbelanja Sama Halnya Dengan Berolahraga
Ahli keuangan pribadi Lauren Greutman juga setuju untuk mengupah anak-anak dalam mengerjakan tugas rumah.
Namun, tidak semua jenis pekerjaan rumah perlu diupah.
Pekerjaan rutin sehari-hari seperti mencuci piring, misalnya, tidak perlu dibayar.
Tetapi, tugas yang dapat dilakukan dengan membayar orang lain (yang bukan anggota keluarga di rumah) harus diberi upah yang sesuai.
BACA JUGA: Tinggalkan Kebiasaan Mencuci Daging Ayam Mentah! Berisiko Bagi Tubuh
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Huffington Post |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Nakita_ID |
KOMENTAR