Nakita.id - Covid-19 yang sudah disebut sebagai wabah yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 semakin ramai diperbincangkan.
Atau 'nama panggung' dari wabah yang satu ini lebih dikenal dengan sebutan Virus Corona.
Menjadi buah bibir masyarakat sebab virus yang satu ini dikabarkan sudah menginfeksi puluhan ribu orang di dunia.
Melansir dari Kompas.com, kini tanah air pun sudah dikonfirmasi oleh Presiden Jokowi memiliki dua kasus ini.
Sehingga banjir informasi soal kasus tersebut, namun siapa sangka ternyata dari segala yang beredar bisa mengandung mitos juga, alias belum tentu fakta.
Jadi Moms tak perlu ikutan panik, lebih baik simak beberapa mitos soal wabah yang satu ini seperti Nakita.id lansir dari Kompas.com.
1. Mitos: Masker wajah dapat melindungi diri dari virus
Penting diketahui, masker bedah standar tidak dapat melindungi diri dari SARS-CoV-2. Pasalnya, masker wajah tidak dirancang untuk memblokir partikel virus untuk mengenai wajah.
Namun, masker dapat membantu mencegah orang yang terinfeksi menyebarkan virus ke orang lain dengan memblokir percikan partikel pernapasan yang dikeluarkan dari mulut.
Ini artinya, tidak semua orang perlu mengenakan masker.
Dilansir dari laman Forbes, spesialis pencegahan infeksi Eli Perencevich, MD, seorang profesor kedokteran dan epidemiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Iowa mengatakan bahwa orang sehat tidak membutuhkan masker wajah jenis apapun.
"Rata-rata orang yang sehat tidak perlu memakai masker. Tidak ada bukti bahwa memakai masker pada orang sehat akan melindungi diri dari virus," kata Perencevich.
Perencevich pun mengatakan, pemakaian masker yang salah seperti sering menyentuh wajah saat memakai masker dapat meningkatkan risiko infeksi.
Perencevich menjelaskan, banyak orang membeli masker dengan asumsi menghentikan virus mencapai mulut atau hidung mereka yang tersebar melalui udara.
Padahal, virus corona ditularkan melalui tetesan, bukan melalui udara.
2. Mitos: SARS-Cov-2 hanya virus flu biasa yang bermutasi
Pernyataan ini sangat salah. Virus corona adalah keluarga besar virus yang mencakup banyak penyakit berbeda.
SARS-CoV-2 memang memiliki kesamaan dengan virus corona lain, empat di antaranya dapat menyebabkan flu biasa.
Kelima virus memiliki proyeksi runcing pada permukaannya dan memanfaatkan apa yang disebut protein lonjakan untuk menginfeksi sel inang.
Baca Juga: Tahapan Minum ASI Bayi Menjamin Kesehatan Si Kecil Sampai Dewasa, Begini Prosedurnya
Namun, keempat virus corona yang bernama 229E, NL63, OC43 dan HKU1 semuanya menginfeksi manusia sebagai host utama mereka.
SARS-CoV-2 berbagi sekitar 90 persen dari materi genetiknya dengan coronavirus yang menginfeksi kelelawar, yang menunjukkan bahwa virus tersebut berasal dari kelelawar dan kemudian melompat ke manusia.
Bukti menunjukkan bahwa virus melewati hewan perantara sebelum menginfeksi manusia.
Demikian pula, virus SARS melompat dari kelelawar ke musang (mamalia kecil, nokturnal) dalam perjalanannya ke manusia, sedangkan MERS menginfeksi unta sebelum menyebar ke manusia.
3. Mitos: Orang yang terinfeksi Covid-19 pasti akan meninggal
Ini tidak benar. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China pada 18 Februari 2020, sekitar 81 persen orang yang terinfeksi merupakan Covid-19 ringan.
Sekitar 13,8 persen melaporkan penyakit parah, yang berarti mereka mengalami sesak napas, atau membutuhkan oksigen tambahan, dan sekitar 4,7 persen kritis.
Ini berarti, mereka menghadapi kegagalan pernapasan, kegagalan multi-organ atau syok septik.
Data sejauh ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 2,3 persen orang yang terinfeksi COVID-19 meninggal akibat virus.
Orang-orang yang lebih tua atau memiliki kondisi kesehatan bruuk tampaknya paling berisiko mengalami penyakit parah atau komplikasi.
4. Mitos: Hewan peliharaan dapat menyebarkan virus SARS-CoV-2
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tidak ada bukti bahwa hewan peliharaan, seperti kucing dan anjing, dapat terinfeksi virus corona, apalagi menyebarkannya ke manusia.
"Yang paling penting adalah mencuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan hewan peliharaan," catat WHO.
Tindakan itu melindungi Anda dari bakteri umum, termasuk E.coli dan Salmonella, yang dapat menyebar dari hewan peliharaan dan manusia.
5. Mitos: Anak-anak tak akan terkena Covid-19
Anak-anak pasti dapat terkena COVID-19, meski beberapa statistik awal menunjukkan bahwa anak-anak lebih kecil kemungkinan tertular virus daripada orang dewasa.
Sebuah studi China dari provinsi Hubei menemukan bahwa lebih dari 44.000 kasus COVID-19, sekitar 2,2 persen melibatkan anak-anak di bawah usia 19 tahun.
Sebaliknya, anak-anak lebih cenderung tertular influenza pada tahun tertentu, dibandingkan dengan orang dewasa.
Dilaporkan Live Science, jumlah kasus virus corona yang didiagnosis pada anak-anak mungkin dianggap remeh, dalam studi kasus dari China, anak-anak tampaknya kecil kemungkinan mengembangkan penyakit yang lebih parah.
6. Mitos: Anda bisa tertular virus corona jika makan di restoran China
Ini adalah mitos yang tak dapat dibuktikan kebenarannya.
Dengan logika itu, Anda berarti juga harus menghindari restoran Italia, Korea, Jepang, dan Iran, mengingat negara-negara tersebut juga menghadapi wabah.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "11 Mitos tentang Virus Corona yang Tak Usah Dipercaya Lagi"
Klavuu Luncurkan Real Vegan Ampoule Series untuk Perawatan Kulit Optimal, Atasi Penuaan Dini hingga Kulit Kering
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rachel Anastasia Agustina |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR