Nakita.id - Saat ini pandemi corona jadi salah satu fokus pemerintah Indonesia.
Sedikitnya ada 500 orang lebih orang dinyatakan positif Covid-19.
Tak sedikit pula pasien yang meregang nyawa usai berjuang melawan Covid-19.
Meski demikian, ada secercah harapan dari pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh total.
Untuk menanggulangi wabah mematikan ini semakin menyebar, pemerintah dan publik bergotong royong melalukan sederet pencegahan.
Upaya nyata yang dilakukan publik adalah menggalakkan social distancing untuk memutus rantai penyebaran kian meluas.
Penggalangan dana untuk membantu pasien Covid-19 dan tenaga medis juga gencar dilakukan.
Gayung bersambut, pemerintah juga membuat rumah sakit darurat Covid-19.
Kini Wisma Atlet Kemayoran disulap untuk pemusatan penanganan pasien Covid-19.
Tak hanya itu saja, pemerintah juga telah memersiapkan obat corona.
Ada dua obat yang disiapkan, yaitu Avigan dan Klorokuin.
Indonesia memiliki 5.000 butir Avigan dan Klorokuin sebanyak 3 juta butir.
Sebelumnya, Klorokuin yang dikenal sebagai obat malaria memang mengundang pro dan kontra.
Bahkan, obat tersebut juga tak boleh dikonsumsi sembarangan tanpa resep dokter.
Untuk mencegah terjadi kesimpangsiuran, presiden pun buka suara.
"Pada pagi hari ini saya juga akan menyampaikan mengenai yang berkaitan dengan Klorokuin.
"Ini adalah produksi negara kita, produksi Indonesia," jelas Joko Widodo.
"Yang pertama ingin saya sampaikan bahwa Klorokuin ini adalah bukan obat first line, tetapi obat second line," sambungnya.
Lalu apa yang dimaksud dengan obat second line?
Presiden Joko Widodo pun menjelaskannya.
"Karena memang obat Covid-19 ini belum ada. Dan juga belum ada anti-virusnya," jelas Joko Widodo.
Joko Widodo pun buka suara mengenai keputusannya memilih Klorokuin.
"Dari pengalaman beberapa negara, Klorokuin ini sudah digunakan dan banyak pasien Covid-19 yang sembuh dan membaik kondisinya," jelas Joko Widodo.
"Obat ini bukan obat bebas, jadi penggunaannya harus melalui resep dokter," sambungnya.
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR