Nakita.id - Tak dipungkiri, wabah virus corona masih menjangkiti Tanah Air.
Jumlah pasien terjangkit virus corona di Indonesia masih dikabarkan selalu bertambah.
Usaha menjaga jarak sosial dan upaya medis terus gencar dilakukan.
Tentu upaya yang dilakukan bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus corona.
Mulai dari pembatasan sosial hingga upaya medis.
Seperti diketahui, sampai sekarang obat corona dan vaksin resminya belum ditemukan.
Namun, peneliti di seantero dunia tak gentar melakukan riset untuk menemukan formula obat corona yang terbaik.
Tapi di tengah belum ditemukannya obat maupun vaksin resmi, Indonesia kembali dapat uluran tangan.
Dilansir dari Kompas.com, Indonesia mendapat bantuan obat yang diklaim manjur untuk pasien Covid-19.
Tak main-main, obat itu didatangkan dari China langsung.
Gubernur Maluku, Murad Ismail sendiri menyerahkan 1.200 dus bantuan obat itu kepada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pada Senin (1/6/2020).
Dijelaskan bahwa obat asal China itu adalah jenis herbal bernama "Lianhua Qingwen Capsules".
Murad Ismail pun menyebutkan bahwa obat yang diberikan oleh salah satu relasinya itu manjur menyembuhkan pasien corona di Kota Wuhan, China.
“Kapsul ini bukan obat kimia, tapi herbal.
Obat ini sudah berhasil menyembuhkan pasien di Wuhan, China,” kata Murad Ismail.
Ya, seperti diketahui kalau asal muasal virus corona mulanya muncul di kota tersebut.
Gubernur Maluku itu mengatakan semua rumah sakit di daerahnya akan kebagian obat dari China.
Dijelaskan bahwa orang yang baru saja terpapar atau OTG bisa langsung mengonsumsi obat itu.
Murad juga menjelaskan dosis untuk mengonsumsi obat herbal asal China yang ia dapat dari relasinya.
Dikatakan bahwa obat tersebut bisa diminum 3 kali sehari 4 kapsul selama enam hari.
Artikel ini sudah tayang di GridHITS.id dengan judul: Siap-siap Ucap Syukur, Obat Ini Didatangkan Langsung dari Kota Asal Virus Corona Pertama Mewabah: Berhasil Menyembuhkan Pasien di Wuhan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Yosa Shinta Dewi |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR