Nakita.id - Menjaga kesehatan reproduksi penting dilakukan bagi setiap wanita.
Hal tersebut dapat dimulai dari melakukan kebiasaan sederhana sehari-hari.
Organ reproduksi wanita ini berperan penting dalam hubungan seksual, produksi dan perkembangan sel telur, menstruasi, kehamilan, hingga proses persalinan.
Baca Juga: Berita Hoax Kesehatan: Cebok dengan Cuka Sebelum Berhubungan Intim Akan Hamil Anak Perempuan
Pentingnya menjaga kebersihan area kewanitaan, terutama Miss V, didasari dengan banyaknya wanita yang mengalami infeksi pada organ kewanitaan (vaginitis).
Terlebih lagi, area kewanitaan yang sensitif ini juga dapat mengalami iritasi pada area sekitar pintu masuknya atau biasa disebut vulva.
Baca Juga: Organ Intim Sering Terasa Nyeri? Bisa Jadi Karena Penyakit Ini!
Maka dari itu, merawat kebersihan organ kewanitaan adalah salah satu hal yang perlu dilakukan oleh para wanita agar terhindar dari infeksi yang mengganggu.
Walaupun begitu, tidak semua perawatan Miss V dapat dilakukan. Bahkan, beberapa perawatan organ kewanitaan tertentu bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan wanita.
Berikut ini terdapat beberapa perawatan organ kewanitaan yang mungkin perlu Moms hindari karena bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.
1. Douching
Douching juga disebut-sebut sebagai perawatan organ kewanitaan yang bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan wanita.
Istilah douching dipakai untuk menggambarkan cara membersihkan bagian dalam organ kewanitaan dengan air atau campuran lainnya.
Baca Juga: Cek, Moms! 5 Kondisi Organ Kewanitaan Ini Gambarkan Kesehatan Tubuh
Umumnya, cairan douching yang dijual bebas di pasaran mengandung campuran air, cuka, soda kue, dan yodium.
Sejauh ini belum ada studi yang membuktikan manfaat dari teknik mencuci organ kewanitaan yang satu ini.
Sayangnya, banyak ahli yang berpendapat bahwa douching dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Pasalnya, membersihkan bagian dalam organ kewanitaan sembarangan bisa mengubah keseimbangan bakteri dan pH asam di dalamnya.
Kebanyakan dokter tidak menyarankan wanita melakukan douching karena tubuh secara alami akan membersihkan organ kewanitaan.
Apabila Moms merasakan bau atau iritasi yang kuat pada organ kewanitaan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ketimbang mencucinya sendiri.
2. Ratus pada Organ Kewanitaan
Salah satu perawatan Miss V yang memiliki bahaya bagi kesehatan adalah ratus pada organ kewanitaan.
Ratus pada Miss V merupakan cara menjaga kesehatan area kewanitaan yang termasuk konvensional.
Bagi orang yang melakukan metode ini normalnya akan mengasapi langsung organ intim wanita.
Asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran ramuan berbagai rempah alami.
Lalu, wanita akan duduk di atas kursi yang bagian tengahnya sudah dilubangi agar asap dapat masuk. Perawatan Miss V yang satu ini biasanya berlangsung selama 30 menit.
Sekilas mungkin tidak terlihat berbahaya, tetapi ternyata manfaat dari ratus Miss V ini masih diragukan oleh beberapa ahli.
Dilansir dari health.harvard.edu, belum ada penelitian yang benar-benar membuktikan adanya manfaat dari ratus Miss V.
Apabila Miss V terpapar oleh asap atau uap yang panas, keseimbagan pH Miss V bisa terganggu.
Akibatnya, risiko vaginitis dan iritasi Miss V pun meningkat.
3. Waxing
Mencabut atau mencukur bulu kemaluan merupakan metode perawatan organ kewanitaan yang paling sering wanita lakukan.
Salah satu teknik menghilangkan bulu organ kewanitaan adalah waxing.
Namun, tahukah Moms ketika melakukan waxing sembarangan dapat berubah menjadi perawatan yang menimbulkan bahaya?
Baca Juga: Daerah Kewanitaan Sering Terasa Nyeri, Waspada Ancaman Penyakit Ini
Sebenarnya, mencabut dan mencukur bulu kemaluan adalah pilihan pribadi setiap orang, sehingga hal ini memengaruhi manfaatnya bagi setiap orang.
Sebagai contoh, beberapa wanita mencukur bulu kemaluan karena merasa lebih nyaman, bersih, dan meningkatkan daya tarik seks.
Apabila Moms ingin waxing, sebaiknya dilakukan di salon atau spa yang menawarkan fasilitas ini.
Dengan demikian, kita dapat lebih berhati-hati dan merasa nyaman karena orang yang melakukannya sudah ahli dalam bidang tersebut.
Source | : | health.harvard.edu,womenshealth.gov |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR