Nakita.id - Setiap orang tua pasti khawatir ketika anak demam dan muntah.
Sehingga saat kekhawatiran tersebut muncul, Moms tak jarang langsung memberi obat pada anak.
Padahal, ketika anak demam dan muntah, belum berarti apakah anak tersebut benar-benar sedang mengalami sakit, atau hanya mengalami kondisi tertentu.
Banyak orang tua memberi alasan bila anak demam dan muntah menyerang, khawatir si Kecil akan mengalami kejang, koma, buta, bahkan mengalami kerusakan otak hingga meninggal dunia.
Baca Juga: Jangan Buru-Buru Beri Obat Batuk Pilek Demam Bayi, Ini Bahaya dan Risiko yang Mengintai
Oleh karena itu, obat demam biasanya jadi salah satu 'alat perang' yang harus diberikan untuk memberi penanganan pertama.
Akan tetapi ternyata buru-buru memberi obat pada anak demam dan muntah bukanlah hal yang dibenarkan bahkan bisa menimbulkan risiko tinggi lho Moms.
Demam biasanya tidak mengindikasikan sesuatu yang serius.
Saat si Kecil mengalami demam, sebenarnya tak membahayakan dan bisa saja justru merupakan suatu pertanda yang baik-kondisi ini seringkali cara tubuh untuk melawan infeksi-dan tidak semua keadaan demam perlu diobati, meski anak mengalami rewel.
Bahkan demam dinilai sebagai bentuk imun si Kecil yang sedang membantu memerangi penyakit, sehingga tak perlu buru-buru diberi obat.
Ketika demam melanda, tubuh anak sedang melakukan perlawanan terhadap virus.
Namun rewel dan rasa tak nyaman pada anak lah yang biasanya membuat orangtuanya justru khawatir.
Kondisi anak demam dan muntah ini memang cukup membuat Moms khawatir, tetapi faktanya justru tak terlalu berbahaya.
Hal ini juga lumrah saat si Kecil muntah. Meski dinilai membahayakan dan mengkhawatirkan, ternyata muntah pada anak umumnya malah tidak berbahaya.
Muntah pada anak juga akan berkurang dan hilang dengan sendirinya jika tidak memberikan tanda atau gejala yang menakutkan lainnya.
Justru, tindakan yang kerap dilakukan orang tua ketika panik dan langsung memberi obat akan menyebabkan si Kecil mengalami risiko tertantu.
Mengutip dari Kompas.com, demam pada anak umumnya disebabkan karena infeksi virus yang sebagian besar tidak memerlukan antibiotik dan tidak berbahaya kecuali disebabkan virus dengue penyebab demam berdarah.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Saat anak demam dan muntah, Moms harus mengetahui penyebab demam dan muntah pada anak.
Jika demam yang dialami si Kecil tidak lebih dari 48-72 jam, artinya si Kecil mengalami demam tanpa gejala adanya penyakit lain.
Moms bisa lebih dulu dengan mulai mengompres dahi si Kecil menggunakan air hangat.
Karena jika buru-buru memberi obat, bisa jadi dosis obat yang diberi Moms tidak sesuai dengan kebutuhan anak.
Jika dosisnya tidak sesuai, bisa jadi si Kecil justru mengalami kejang dan akhirnya mengalami gejala yang lebih membahayakan lain.
Jika si Kecil masih minum ASI, ada baiknya Moms memberi ASI sebagai pertolongan utama bagi anak demam dan muntah.
ASI dirasa cukup sebagai penolong saat si Kecil mengalami sakit.
Moms juga tak perlu minum obat untuk si Kecil dengan harapan kandungan obatnya bisa diserap melalui ASI.
Perlu diketahui bahwa dosis obat yang diberikan pada bayi sangat rendah dibandingkan dengan dosis obat orang dewasa.
Dengan perhitungan miligram per berat badan bayi.
Bisa dibayangkan bila obat tersebut yang minum ibunya, meskipun ada beberapa jenis obat-obat bisa saja terserap dalam ASI namun tentu saja sudah tidak bisa dijadikan sebagai cara pengobatan yang sesuai ketentuan.
Maka tak heran bila anak demam dan muntah tidak sembuh-sembuh akibat ibu yang mengkonsumsi obat tersebut.
Risiko jangka panjangnya, bayi akan mengalami sistem kekebalan tubuh yang kurang baik karena terlalu sering diberi obat tanpa melalui resep dan anjuran dokter.
Bahkan, si Kecil juga berisiko mengalami penyakit membahayakan lain hanya karena konsumsi obat yang kurang sesuai.
Baca Juga: Jangan Sepelekan Gejala Bayi Demam Muntah, Sederet Hal Ini Bisa Jadi Penyebabnya
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR