Beredar di Media Sosial Disebut Berbahaya Bagi Otak Manusia, Begini Penjelasan Ahli Soal Thermo Gun
Nakita.id - Saat Moms mengunjungi mal, hotel, atau tempat perkantoran tertentu pasti petugas akan mengacungkan thermo gun.
Namun belum lama beredar di media sosial, thermon gun dapat berbahaya pada otak manusia.
Lantas, apakah pernyataan thermon gun berbahaya pada otak manusia benar? Begini kata ahli.
Media sosial baru-baru ini diramaikan oleh adanya anggapan bahwa thermo gun (termometer tembak) disebut dapat berbahaya untuk otak.
Akibatnya banyak masyarakat yang menanyakan tentang keamanan thermo gun atau alat pengukur suhu berbentuk pistol yang ditembakkan ke dahi itu.
Ramai-ramai soal thermo gun itu berawal dari sebuah unggahan video di media sosial yang menyebutkan bahwa laser thermo gun itu dipergunakan untuk memeriksa kabel panas, bukan memeriksa temperatur manusia.
Bahkan disebutkan saat ini belum diketahui efek dari penggunaan laser thermo gun tersebut di jaringan otak manusia.
Lantas benarkah penggunaan thermo gun itu berbahaya untuk otak manusia?
Ketua Departemen Fisika Kedokteran/Klaster Medical Technology IMERI FKUI, Prasandhya Astagiri Yusuf menyatakan, thermo gun merupakan salah satu jenis termometer inframerah untuk mengukur temperatur tubuh yang umumnya di arahkan ke dahi.
Berbeda dengan termometer raksa atau termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi, termometer ini menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi.
"Dalam prinsip ilmu fisika kedokteran, setiap benda dengan temperatur lebih besar dari 0 Kelvin akan memancarkan radiasi elektromagnetik atau sering disebut dengan radiasi benda hitam (Asas Black)," ujarnya seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (21/7/2020).
Kelvin (K) adalah satuan baku untuk temperatur dengan konversi 0 derajat Celsius setara dengan 273 K.
Yusuf mengungkapkan, kisaran suhu tubuh manusia normal 36-37,5 derajat Celsius berada di dalam pancaran spektrum inframerah jika dilihat dari jangkauan radiasi elektromagnetik.
"Energi radiasi dari permukaan tubuh ditangkap dan kemudian diubah menjadi energi listrik dan ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat Celcius pada thermo gun," ucap Yusuf.
Prinsip teknologi serupa, lanjut Yusuf, juga digunakan di kamera termal untuk skrining temperatur di bandara serta thermal goggles di militer untuk mendeteksi keberadaan seseorang di malam hari yang gelap.
Termometer inframerah yang tersedia di pasaran umumnya untuk mendeteksi temperatur gendang telinga (termometer telinga) atau temperatur dahi (termometer dahi).
Yusuf memaparkan, termometer dahi lebih cocok untuk skrining gejala demam Covid-19 karena hanya perlu "ditembak" ke arah dahi tanpa perlu kontak/bersentuhan langsung dengan kulit.
"Termometer ini mendeteksi temperatur arteri temporal pada dahi untuk mengestimasi suhu tubuh seseorang. Hal yang perlu diperhatikan adalah akurasi pengukuran temperatur bergantung pada jarak dan sudut alat thermo gun terhadap objek yang diukur," papar Yusuf.
Maka dari itu, imbuhnya, jangan heran jika hasil pengukuran bisa berubah-ubah.
Satu parameter penting yang menentukan tingkat akurasi pengukuran thermo gun adalah perbandingan jarak dengan luas titik pengukuran.
Biasanya, angka perbandingan ini adalah 12:1. Dengan kata lain, untuk mengukur suatu titik dengan luas 1 cm persegi, jarak pengukuran ideal adalah 12 cm.
"Di sinilah sebenarnya peran laser dalam suatu thermo gun, yaitu membantu operator menentukan titik pusat pengukuran," ucap Yusuf.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Thermo Gun Disebut Bahayakan Otak, Berikut Penjelasan Ahli"
Gift The Superpower of Play Bersama Karakter Terbaru dari Lego Brand, Cataclaws
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR