Haji Bolot bercerita kalau dirinya pernah bekerja sebagai buruk pelabuhan.
Peristiwa tersebut terjadi di tahun 1960-an ketika hidupnya masih sangat susah.
Upah yang didapat pun tidak seberapa, karena ia hanya mengantongi uang Rp20 perak setiap hari.
"(Jadi) buruh benar di Pelabuhan Tanjung Prion, itu tahun 60-an. Gue dulu orang yang paling blangsak, susah dulu," kata Haji Bolot.
Pada saat itu, Haji Bolot sama sekali tak pernah mementingkan berapa uang yang dibayar untuknya.
"Jadi buruh waktu masih bujangan, gaji Rp 20 perak satu hari. Yang penting gue bisa masuk ke pelabuhan, enggak ngurusin gaji dah," ucapnya.
Bekerja di pelabuhan membuat Haji Bolot bisa menyambung hidup pada masa itu.
Karena masa-masa susah itu, Haji Bolot mengatakan tidak bisa melanjutkan sekolah sampai ke SMP.
Itu sebabnya, pendidikan terakhir Haji Bolot hanya sampai SD (Sekolah Dasar) saja.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR