Tabloid-Nakita.com - Orangtua yang memiliki anak bayi dan balita saat ini pasti merasa khawatir mengenai peredaran vaksin palsu yang belum lama ini diungkap oleh kepolisian. Besar kemungkinan Mama jadi was-was, dan mungkin terus bertanya-tanya, apakah si kecil dulu juga mendapatkan vaksin palsu. Bila benar demikian, apa yang harus dilakukan?
Untunglah, Kementerian Kesehatan bertindak cepat dengan membuat surat edaran yang menjelaskan tindakan yang tengah dilakukan pemerintah mengenai vaksin palsu tersebut. Salah satunya, pendataan fasilitas kesehatan mana saja yang menggunakan vaksin palsu dan berapa anak yang sudah mendapatkannya.
Bagi para orangtua, Kemenkes juga meminta agar tidak terlalu khawatir dengan keamanan vaksin. Melalui akun twitter resmi @KemenkesRI, Kemenkes menyampaikan alasan mengapa orangtua tidak perlu khawatir mengenai vaksin palsu.
1. Jika anak Anda mendapatkan imunisasi di Posyandu, Puskesmas, dan Rumah Sakit Pemerintah, vaksin disediakan oleh pemerintah yang didapatkan langsung dari produsen dan distributor resmi. Jadi vaksin dijamin asli, manfaat dan keamanannya.
2. Jika anak Anda mengikuti program pemerintah, yaitu imunisasi dasar lengkap, diantaranya Hepatitis B, DPT, Polio, Campak, BCG, pengadaannya oleh pemerintah didistribusikan ke Dinas Kesehatan hingga ke fasyankes. Jadi dijamin asli, manfaat dan keamanannya.
3. Jika peserta JKN dan melakukan imunisasi dasar misalnya Vaksin BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan Campak, pengadaan vaksin didasarkan pada Formas dan e-catalog dari produsen dan distributor resmi, jadi asli dan aman.
4. Ikuti program imunisasi ulang seperti DPT, Polio, Campak. Tanpa adanya vaksin palsu, imunisasi ini disarankan (harus) diulang. Jadi bagi yang khawatir, ikut saja imunisasi ini di Posyandu dan Puskesmas.
5. Diduga peredaran vaksin palsu tidak lebih dari satu persen di wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Ini relatif kecil secara jumlah vaksin yang beredar dan wilayah sebarannya.
6. Dikabarkan isi vaksin palsu itu campuran antara cairan infus dan gentacimin (obat antibiotik) dan setiap imunisasi dosisnya 0,5 cc. Dilihat dari isi dan jumlah dosisnya, vaksin palsu ini dampaknya relatif tidak membahayakan.
7. Karena vaksin palsu dibuat dengan cara yang tidak baik, maka kemungkinan timbulkan infeksi. Gejala infeksi ini bisa dilihat tidak lama setelah diimunisasikan. Jadi kalau sudah sekian lama tidak mengalami gejala infeksi setelah imunisasi bisa dipastikan aman. Bisa jadi anak Anda bukan diimunisasi dengan vaksin palsu, tetapi memang dengan vaksin asli.
Nah, jika hal-hal yang disebutkan pada poin tujuh tidak dialami oleh anak, Mama tak perlu khawatir tentang vaksin palsu.
(KompasHealth/Lusia Kus Anna)
KOMENTAR