Nakita.id - Masker menjadi salah satu benda penting selama masa pandemi Covid-19 ini.
Namun, tahukah Moms seberapa efektifnya penggunaan beragam jenis masker yang beredar?
Ada berapa bukti mengenai bagaimana kemanjuran penggunaan masker.
Baca Juga: Rutin Gunakan Masker Alami dari Buah-buahan Ini Akan Berikan Keajaiban Bagi Kulit Wajah Moms
Mengutip UCSF, sebuah studi menunjukkan, saat seseorang mengucapkan beberapa kata sederhana, ada ratusan tetesan mulai dari 20 hingga 500 mikrometer yang dihasilkan.
Akan tetapi, tetesan tersebut tersumbat saat mulut ditutupi kain lap basah.
Baca Juga: Wajah Glowing Seketika Hanya dengan Daun Ketumbar, Begini Cara Buatnya
Studi lain yang baru-baru ini diterbitkan Health Affairs, yang membandingkan penggunaan masker di 15 negara bagian Kolumbia, menemukan daerah yang menerapkan aturan penggunaan masker terjadi perlambatan kasus Covid-19 harian.
Studi lain mengamati, kematian akibat virus corona di 198 negara.
Dari pengamatan itu, mereka yang memiliki budaya dan kebijakan pemerintah yang mendukung penggunaan masker mencatatkan angka kematian yang lebih rendah.
Ada beragam jenis masker yang dapat digunakan.
Para peneliti juga telah membandingkan berbagai bahan masker.
Akan tetapi, mereka menilai, faktor kenyamanan adalah pertimbangan terpenting.
“Masker terbaik adalah yang bisa Anda pakai dengan nyaman dan konsisten," kata spesialis penyakit menular Peter Chin-Hong.
Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Masker Scuba dan Buff Sudah Tak Direkomendasikan untuk Cegah Penularan Covid-19
Ia menyebutkan, masker N95 hanya diperlukan saat ada situasi medis seperti intubasi.
Adapun masker bedah lebih protektif dibandingkan dengan masker kain, serta memiliki keunggulan lebih ringan dan nyaman.
Meski demikian, ia menilai masker apa pun yang menutup hidung dan mulut akan bermanfaat.
Masker sendiri terbagi menjadi beberapa jenis.
Berikut ini beberapa jenis masker serta efektivitasnya:
1. Masker bedah/ masker medis
Masker bedah, merupakan masker yang kerap disebut sebagai masker medis.
Masker ini umumnya hanya digunakan untuk sekali pakai, setelah itu dibuang.
Penggunaan masker bedah adalah untuk melindungi hidung dan mulut pemakainya dari kontak dengan tetesan, percikan, dan semprotan yang mungkin terpapar kuman.
Mengutip dari Mayoclinic, masker bedah mampu menyaring partikel besar di udara.
Ia juga dapat melindungi orang lain dengan mengurangi paparan air liur dan sekresi pernapasan dari pemakai masker.
Masker ini dapat digunakan sebagai pilihan saat masker N95 tak tersedia.
Sementara itu, Laborers Health & Safety Fund of North America, menyebutkan, masker bedah memiliki sejumlah keterbatasan. Keterbatasan itu, di antaranya, tidak memiliki segel wajah.
Masker ini juga tak cukup andal menyaring partikel yang sangat kecil.
Studi menunjukkan, masker bedah hanya dapat menyaring sekitar 60 persen partikel yang terhirup.
2. Masker N95
Masker ini merupakan jenis respirator, yang dinilai memberikan perlindungan lebih baik dibandingkan masker bedah karena dapat menyaring partikel besar dan kecil saat digunakan.
Masker N95 dirancang untuk dapat memblokir 95 persen partikel berukuran sangat kecil.
Masker ini sejatinya hanya untuk sekali pakai. Akan tetapi, para peneliti tengah menguji cara untuk mendisinfeksi masker N95 agar bisa dipakai lagi.
Masker N95 dipercaya memiliki kemampuan penyaringan hingga 95 persen sehingga masker ini paling baik jika dibandingkan semua jenis masker.
Beberapa masker N95 memiliki katup untuk membuatnya lebih mudah saat dihirup.
Pada jenis ini, udara tanpa filter dilepaskan saat pemakai mengembuskan napas.
Namun, karena ada klep untuk melepaskan udara tanpa filter, masker jenis ini tidak mencegah pemakai dari menyebarkan virus.
Karena alasan inilah, masker N95 jenis ini dilarang di beberapa tempat.
3. Paper mask
Paper Mask atau masker kertas dimaksudkan untuk menyaring debu pengganggu yang lebih besar dari aerosol seperti serbuk sari atau gergaji yang jauh lebih besar dibanding partikel virus.
Seperti masker bedah, masker jenis ini memberikan perlindungan bagi pemakainya dan orang yang tengah melakukan kontak dekat.
Meskipun terbuat dari bahan yang mampu menyaring akan tetapi, masker ini tidak dirancang untuk menyaring partikel virus. Keterbatasan lain, masker ini tidak membentuk segel wajah.
4. Masker kain
Masker jenis ini dipakai untuk mencegah adanya tetesan yang tersebar saat seseorang berbicara, batuk ataupun bersin.
Memakai masker kain dipercaya mampu mengurangi penyebaran virus pada orang tak bergejala yang mungkin tidak sadar menyebarkan virus.
Masker kain mudah dibuat dan ditemukan, serta mudah dicuci kembali.
Akan tetapi, masker kain sebaiknya memiliki banyak lapisan kain.
Masker ini juga memiliki sejumlah keterbatasan yakni tidak membentuk segel rapat ke wajah dan tidak dapat menyaring partikel kecil dengan andal.
Kemampuan masker ini juga tergantung dari jenis kain yang digunakan.
Selain itu, jenis dan ketebalan bahan, kesesuaian dengan wajah dan penggunaan filter internal juga menjadi variabel yang mempengaruhi efisiensi penyaringan.
5. Masker scuba
Salah satu jenis masker yang juga banyak digunakan di Indonesia adalah masker scuba.
Namun, Satgas Covid-19 dan para ahli tak menyarankan penggunaan masker ini.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, masker scuba dan buff kurang efektif menangkal virus corona.
"Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapisan saja dan terlalu tipis sehingga kemungkinan untuk tembus lebih besar," ujar Wiku, seperti diberitakan Kompas.com.
Sementara itu, Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr Eng Muhamad Nasir mengatakan, masker kain dengan bahan lentur seperti scuba, saat dipakai akan terjadi perenggangan bahan sehingga kerapatan dan pori kain membesar serta membuka yang membuat permeabilitas udara menjadi tinggi.
Hal tersebut membuat peluang partikular virus untuk menembus masker semakin besar.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ine Yulita Sari |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR