Tabloid-Nakita.com - Keusilan batita merupakan hal yang wajar, karena merupakan indikasi kreativitas anak dalam merespons hal baru yang hadir di depan matanya. Keusilan ini bisa membantu mengembangkan kemampuannya dalam banyak hal. Misal, meningkatkan kemampuan problem solving karena anak mampu melihat sisi lain dari suatu kondisi dan menciptakan hal-hal kreatif untuk memenuhi keinginannya.
Keusilan batita masih ditoleransi jika tidak membahayakan dirinya dan lingkungan. Kondisi yang membahayakan tersebut biasanya terkait dengan listrik, api, daerah yang rawan kecelakaan seperti tepi sungai atau jalan, dan sebagainya. Jika sudah menyangkut keselamatan, kita perlu segera menghentikan.
“Jika keusilan batita berhubungan dengan norma kesopanan dan tata krama setempat, sebaiknya orangtua juga segera memberitahu si kecil untuk menghentikan keusilannya,” papar psikolog Endang Fourianalistyawati, MPsi.
Ya, meskipun keusilan mengindikasikan kemajuan kognitif dan kreativitas, si kecil tetap memerlukan arahan, agar keusilannya tidak berlanjut menjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan membahayakan si anak. Jika usil yang sifatnya membahayakan didiamkan, maka dapat menjurus pada hal-hal yang justru kontraproduktif untuk anak. Selain terkena bahaya, anak berpotensi dijauhi oleh teman-teman dan lingkungan yang merasa terganggu oleh perilakunya. Bila hal ini terjadi, menurut Endang, anak justru akan semakin mengembangkan sikap usil yang mengarah pada egois. Kita tentu tak ingin buah hati mengalami hal ini, bukan?
Karena itu, Mama perlu mengetahui penyebab anak jadi usil untuk menemukan solusinya:
* Jika keusilannya disebabkan oleh kreativitas yang tinggi, Mama Papa dapat memberikan reward berupa pujian dan pelukan pada anak. Berikan juga pengertian dan pemahaman bahwa hal tersebut perlu dilakukan dengan tetap memerhatikan apakah lingkungan merasa nyaman atau tidak. Bukalah percakapan dan ajak ia melihat dari sisi orang yang diusilinya.
Contoh, si kakak tengah membangun balok, eh, baru ditinggal sebentar adiknya sudah mengubah “rancangan” si kakak. Nah, Mama Papa bisa memujinya, tapi juga menyarankan untuk meminta izin terlebih dulu pada Kakak.
* “Biasanya jika adik dan kakak saling usil, lebih dikarenakan salah satu dari mereka sedang tidak ada kesibukan dan berusaha mencari perhatian saudaranya. Bisa juga sebagai perwujudan rasa gemas. Atau orangtua sedang lebih fokus memerhatikan kakak atau adik, sehingga saudaranya akan mencari perhatian dengan membuat keributan,” papar Endang.
Nah, bagi anak yang “kurang kesibukan” ini, kita dapat membantu mengarahkan energi mereka dengan melakukan berbagai kegiatan yang juga menguras energi dan positif, seperti berolahraga, menari, dan lain-lain. Atau, lakukan kegiatan baru yang menantang si kecil.
* Jika karena si adik merasa gemas -sebagai ungkapan sayang- kepada kakaknya, Mama Papa dapat mencontohkan bagaimana cara menunjukkan rasa suka dan gemas tanpa harus melakukan keusilan. Dalam hal ini, Mama Papa diharapkan dapat bersikap netral dan menunjukkan kenetralan tersebut dengan tetap berfokus pada perilaku usil yang baru saja dilakukan. Berikan penjelasan sederhana kepada kedua belah pihak, mengapa hal tersebut seharusnya tidak dilakukan. Tanpa ada sikap netral, justru dapat timbul dampak negatif berupa kecemburuan dari anak yang baru saja berbuat usil.
* Jika perilaku usil terjadi karena si adik butuh teman, Mama Papa dapat mengajarkan bagaimana mengajak kakak atau teman lainnya untuk bermain dengan si adik. Ajarkan kepada anak untuk bekerja sama dengan baik dalam bermain. Kita juga dapat menciptakan sebuah permainan menarik. Ingat, keusilan sering terjadi karena anak tidak tahu harus melakukan apa, sehingga ia cenderung “mengganggu”.
Jangan lupa, ingatkan si kecil segera setelah ia melakukan tindakan usil. Tujuannya agar anak dapat mengaitkan peringatan orangtuanya dengan tindakan usil yang baru dilakukan. Dengan demikian ia akan lebih mudah mengoreksi sikap dan perilakunya tersebut.
Yang paling utama adalah mengingatkan anak dengan penuh rasa kasih sayang, dengan cara yang juga santun, sehingga anak tidak merasa dihakimi dan dapat terus belajar mengembangkan kemampuan bersosialisasinya.
(Amanda Setiorini)
Wicked Siap Menghiasi Layar Lebar Indonesia, Sebuah Adaptasi Sinematik dari Kisah Ikonik The Wizard of Oz
KOMENTAR