Nakita.id - Sekolah tatap muka akan rencananya akan dimulai pada Juli 2021.
Pada April 2021 ini beberapa sekolah akan percobaan melakukan sekolah tatap muka.
Sambil menunggu Juli 2021, para guru pun tengah bertahap mendapatkan vaksin covid-19 dari pemerintah.
Dan dalam pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem menyebutkan diharapkan sekolah tatap muka bisa dilakukan pada Juli 2021 usia seluruh guru mendapatkan vaksin.
Baca Juga: 5 Persiapan Untuk Anak Hadapi Sekolah Tatap Muka di Tengah Pandemi Agar Tetap Aman dan Sehat
Lalu apakah ada dampak psikologis pada anak dengan diadakan sekolah tatap muka ini?
Mengingat anak-anak sudah 1 tahun melakukan pembelajaran jarak jauh.
Dengan mengandalkan sambungan internet, sudah 1 tahun lebih anak-anak belajar hingga ujian dari rumah secara daring.
Seorang psikolog anak dan remaja Gisella Tani Pratiwi M,Psi, Psikolog membenarkan ada perubahan psikologis anak dalam sekolah tatap muka ini.
Gisella Tani Pratiwi atau yang akrab dipanggil Ela menyebutkan bahwa memang akan ada perubahan secara psikologis anak saat kegiatan belajar mengajar tatap muka kembali digelar.
Terlebih bagi anak-anak yang sudah usia pra remaja atau remaja.
Ela menyebutkan anak-anak akan memiliki rasa semangat untuk bertemu teman-teman serta gurunya lagi di sekolah.
Tetapi di satu sisi mereka juga memiliki rasa khawatir denga pandemi saat ini karena sudah banyak informasi yang anak baca.
Meski begitu, Ela belum bisa memastikan dampak jangka panjang dari psikologis anak untuk sekolah tatap muka di tengah pandemi.
"Jadi itu pasti pas awal-awalnya masih mix up feeling tapi jangka panjangnya seperti apa saya belum bisa menyatakan karena ini masih sangat-sangat baru," jelas Ela.
Di samping itu, Ela menyebutkan bahwa dalam mempersiapkan sekolah tatap muka ini Moms juga perlu memerhatikan kesiapan psikologis anak yang stabil.
Pasalnya kalau kondisi psikologis anak stabil sejak masa daring, maka ia juga siap untuk menghadapi sekolah tatap muka.
Ela menyebutkan bahwa kesiapan secara psikologis anak dalam menghadapi sekolah tatap muka berbeda-beda.
"Misalnya dia anak berkebutuhan khusus tapi kondisinya cukup optimal untuk anak seperti dia artinya anak seperti ini anak lebih siap menghadapi perubahan-perubahan,"
"Daripada anak-anak yang pengasuhannya kurang sehat," jelas Ela.
Pengasuhan yang kurang sehat seperti kurangnya komunikasi dengan orangtua, kurangnya pendekatan, dan memiliki emosi tidak stabil.
"Kalau dia kurang optimal tentu mereka-mereka ini lebih rentan mengalami dampak-dampak yang mungkin sulit untuk kemudian beradaptasi," jelas Ela.
Dan kesulitan anak dalam beradaptasi akibat pengasuhan yang kurang sehat pun berbeda-beda.
Baca Juga: 3 Tips Untuk Orangtua Saat Dampingi Anak Pertama Kali Masuk Sekolah
Meski begitu, saat sekolah tatap muka nanti berlangsung Moms bisa memastikan bahwa sekolah memberikan perlindungan yang optimal.
"Baik dari perilaku yang harusnya dia kembangkan dari protokol kesehatannya, baik dari proteksi di lingkungannya, sistemnya sistem sekolahnya, sistem bagaimana orangtua mendukung proteksi tersebut," jelas Ela.
Dengan begitu, Ela pun berpesan untuk orangtua berhati-hati dalam memutuskan agar meminimalisir risko.
"Jadi kita sesuaikan dengan kondisi anak kita kondisi sekolahnya seperti apa dan kondisi keluarga ktia seperti apa jadi kita perlu behrati-hati dan menimbang banyak hal," jelas Ela.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR