Di tengah kekacauan seperti ini, pak supir juga gak berani jalan. Saya cuma bisa turun lagi dan menghadapi wanita itu. Mendengar tangisan anak saya, semua orang berhamburan keluar, kirain saya culik anak.
Anak kecil itu bilang, "Bu, kembaliin adik saya cepet! Kita mau pulang!"
Saya bilang, "Apa-apaan kalian!? Ini anak saya!"
Tangan dan kaki saya sudah bergemetar. Hati saya sudah dag dig dug, takut anak saya diambil sama mereka. Bagaimana pun, dua lawan satu.
Tiba-tiba, ada orang yang manggil. Pas saya lihat, ternyata itu bapak sama ibu! Mereka datang jemput saya!
"Ada apa ini rame-rame begini!?", tanya bapak.
"Itu pak, mereka mau culik anak, bilang ini anak mereka!"
"Ini anak saya kok!", bela wanita itu. Saya tahu tanggal lahirnya, golongan darahnya, namanya….. dan lain-lain, semua ia sebutkan satu-satu.
Saya pikir, Astaga…. Itu kan yang tadi informasi tentang anak saya yang saya kasih tahu ibu-ibu itu di kereta. Saya pikir cuma sekedar ngobrol, gak nyangka bisa jadi seperti ini! Untung saya kasih tahu nama palsu anak saya.
"Kalau gitu, nama anak saya siapa?", teriak saya.
"Nadin!", sahut mereka.
"Bukan! Nama anak saya putri! Nadin itu nama palsu!", teriak saya.
Source | : | Facebook,Instagram,whatsapp |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR