Nakita.id - Akibat pandemi covid-19 ini membuat segala sesuatu dilakukan secara digital.
Baik untuk orang dewasa ataupun anak-anak.
Sekolah salah satunya, di tengah pandemi ini anak-anak sudah 1 tahun tidak melakukan sekolah tatap muka.
Anak-anak menggunakan aplikasi seperti zoom, google class, dan sejenisnya untuk kegiatan belajar mengajarnya.
Kemudian aktivitas seperti menonton atau berkomunikasi juga dilakukan melalui gadget mereka.
Dengan begitu pola hidup masyarakat menjadi digital savvy atau hidup di dalam dunia digital termasuk pada anak-anak.
Tapi ingat Moms bahwa digital savvy ini harus dalam kondisi yang baik sehingga tidak berujung pada kecanduan gadget.
Penting untuk orangtua tahu bedanya anak masih dalam digital savvy yang baik atau malah sudah mengarah pada kecanduan gadget.
Jangan sampai karena orangtua ingin anak bisa beradaptasi dalam digital savvy, justru Si Kecil malah berujung pada kecanduan gadget.
Mengingat dalam digital savvy membutuhkan gadget, kemudian ketika anak terus bermain ponselnya orangtua merasa Si Kecil sudah bisa beradaptasi dalam digital savvy.
Padahal bisa jadi perilaku anak justru mengarah pada kecanduan gadget dan itu sangat tidak baik untuk kesehatan serta tumbuh kembangnya.
Seorang psikolog di Mentari Anakku Firesra Farizal, M.Psi., Psikolog menjelaskan tanda anak sudah tidak lagi dalam digital savvy melainkan kecanduan gadget.
Pertama-tama perlu Moms ingat terlebih dahulu bahwa kecanduan gadget ini tidak bisa terjadi secara tiba-tiba.
"Anak enggak tiba-tiba main game 20 jam sehari. Pasti kan dari satu jam naik, jadi 2 jam," jelas Firesra saat dihubungi Nakita.id.
Artinya ketika anak sudah mengarah pada kecanduan gadget, ada kondisi orangtua lengah merasa tidak masalah anak bermain gadget.
Akhirnya justru malah kebablasan dan berakhir pada kecanduan.
Tanda anak sudah tidak dalam digital savvy yang baik tetapi mengarah pada kecanduan gadget yaitu penggunaan gadget sudah tidak terkontrol.
Contohnya anak bermain game di gadget lama sekali dan segala aktivitasnya benar-benar di gadget semua.
Kemudian waspadai juga kalau anak mulai marah-marah ketika diminta berhenti bermain gadget.
Ketika anak marah diminta berhenti bermain gadget, artinya Si Kecil sudah tidak berada dalam digital savvy yang baik melainkan mengarah pada kecanduan gadget.
Kemudian anak yang kecanduan gadget juga tidak tertarik dengan aktivitas di dunia nyata seperti interaksi dengan orang sekitar, ngobrol dengan orangtua, dan lainnya.
Dengan begitu Firesra menyebutkan bahwa orangtua menjadi kunci dalam mengontrol anak dalam digital savvy yang baik.
"Jadi memang kuncinya peranan orangtua penting banget untuk dampingi anak untuk tetap tahu apa yang dilakukan anaknya untuk kasih batasan yang jelas,"
"Batasan dan aturan bisa dilakukan dengan baik kalau hubungan anak dan orangtua juga baik. Kalau hubungan anak dengan orangtua enggak baik mana mau anak ikuti aturan orangtua," jelas Firesra.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR