drg. Kartini menjelaskan bahwa berdasarkan penelitian di dunia ataupun Italy bahwa kemungkinan reaksi alergi ini sangat kecil.
"Makanya kalau habis vaksin kan disuruh tunggu 15 menit nah kalau memang dalam 15-30 menit tidak ada apa-apa berarti bukan dari vaksin reaksi alerginya. Tapi kalau yang sangat sensitif biasanya langsung," jelas drg. Kartini.
Untuk itulah ada proses screening sebelum divaksin covid-19 demi seseorang bisa menginformasikan kondisi kesehatannya yang sebenarnya.
"Sekali lagi saya sampaikan ketika divaksin harus ada screening harus jujur, harus mencatat data-datanya, tidak boleh berbohong kondisinya. Itu yang sangat penting," jelas drg. Kartini.
5. Vaksin pada ibu menyusui bisa menyebabkan bayi meninggal
Tidak sedikit yang khawatir kalau vaksin covid-19 untuk ibu menyusui bisa menyebabkan bayi meninggal.
Baca Juga: Kapan Anak Usia di Bawah 12 Tahun Bisa Dapat Vaksin Covid-19? Kemenkes Beri Jawabannya
"Sampai saat ini belum pernah ada kasus dan belum ada uji klinis yang menyatakan hal itu," tegas drg. Kartini.
6. Vaksin covid-19 pada ibu hamil bisa menyebabkan keguguran
Mendengar kabar yang beredar tersebut, drg. Kartini menekankan bahwa Kementerian Kesehatan belum pernah memberikan izin pada ibu hamil untuk vaksinasi covid-19.
"Karena juga belum ada izin dari balai POM maupun ITAGI (Indonesia Technical Advisory Group on Immunization) rekomendasinya belum ada bahwa vaksin untuk ibu hamil. Yang ada adalah untuk ibu menyusui dan anak usia 12-17 tahun," jelas drg. Kartini.
7. Vaksin covid-19 bisa menyebabkan siklus haid berantakan
drg. Kartini menegaskan bahwa belum ada data ilmiah yang menyatakan vaksin covid-19 menyebabkan siklus haid berantakan.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR