Nakita.id - Labelling pada anak ternyata tidak hanya dalam hal negatif.
Ternyata labelling pada anak dalam bentuk positif juga tidak disarankan loh.
Contoh labelling positif pada anak yang mungkin tidak disadari yaitu 'anak pintar', 'anak rajin', 'anak baik', dan lain sebagainya.
Mungkin Moms menganggapnya sebagai bentuk pujian pada Si Kecil karena ia baru saja melakukan hal baik.
Tapi kalau salah dalam memuji justru malah menjadi sebuah labelling.
Dan labelling positif pada anak juga bisa menimbulkan dampak buruk Moms.
Seorang psikolog Gisella Tani Pratiwi, M.Psi, Psikolog dalam wawancaranya bersama Nakita.id membagikan cara memuji anak yang benar sehingga tidak berujung labelling positif.
Pertama-tama Moms perlu tahu bahwa labelling positif juga bisa berdampak buruk pada anak.
Ella menyebutkan bahwa label positif tanpa spesifik perilaku bisa membuat anak percaya diri.
Tetapi sayangnya kepercayaan diri tersebut justru membuat Si Kecil menjadi tidak memahami apa yang tepat dari perilakunya tersebut.
"Misalnya ia jadi terlalu mengandalkan pujian orang lain untuk menentukan perilakunya," jelas Ella.
Baca Juga: #LovingNotLabelling: Berhenti Labelling Si Kecil 'Ansos', Ini Cara Mengajarkannya Bersosialisasi
Tak hanya itu, labelling positif tanpa spesifik perilaku juga bisa membuat anak menjadi kurang yakin akan keputusannya.
Dalam situasi tertentu juga akan membuat anak menjadi kurang memiliki pemahaman perilaku yang tepat.
Dengan begitu dalam memberikan feedback atas perilaku baik anak, tetap dibutuhkan deskripsi perilakunya.
Ella mewanti-wanti Moms untuk tidak sekadar memuji anak seperti 'wah kamu anak baik' tetapi kemudian tidak dijelaskan kenapa ia bisa disebut anak baik.
Berikanlah deskripsi kenapa anak disebut baik dan apa dampak baiknya kalau sudah melakukan hal baik tersebut.
"Tapi kita harus mengatakan 'wah kamu sudah membuat PR matematikamu, mama senang deh melihatnya. Sekarang kamu jadi bisa bermain kan kalau sudah selesai," jelas Ella.
Jadi Moms tidak bisa sekadar memujinya saja, tetapi deskripsikan apa yang baik.
Ketika anak mengetahui kenapa ia disebut anak baik melalui deskripsi tersebut, maka Si Kecil jadi bisa mengulangi sikap baik tersebut.
"Kalau dia paham dan tahu persis perilaku mana yang sudah baik maka dia bisa mengulanginya lagi," jelas Ella.
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR