Tabloid-Nakita.com - Kanker ovarium, yang biasanya menyerang indung telur (ovarium), dapat diidap oleh semua wanita pada segala usia. Penyakit ini menduduki posisi ketujuh di antara jenis kanker yang paling umum menyerang wanita, sehingga harus menjadi salah satu kewaspadaan bagi Mama.
Celakanya, kanker indung telur seringkali baru terdeteksi setelah menyebar ke dalam panggul dan perut. Pada tahap akhir ini, kanker ovarium sulit untuk diobati karena sudah menjadi fatal.
Baca: 9 Tanda Kanker Ovarium yang Sering Diabaikan Mama
Perlu Mama ketahui, ada faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium. Memiliki satu atau lebih dari faktor risiko di bawah ini, memang tidak berarti Mama pasti akan menderita kanker ovarium. Tetapi hal itu menunjukkan Mama memiliki risiko lebih tinggi dari rata-rata perempuan lainnya. Berikut faktor penyebab meningkatnya risiko kanker ovarium:
1. Mutasi gen yang diwariskan
Sebagian kecil kanker ovarium disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan. Gen yang diketahui meningkatkan risiko kanker ovarium disebut gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker payudara 2 (BRCA2). Gen ini awalnya diidentifikasi dalam keluarga dengan beberapa kasus kanker payudara. Mutasi ini juga meningkatkan risiko kanker ovarium secara signifikan.
Baca juga: 7 Tanda Kanker ini Sering Diabaikan Wanita
2. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium
Kanker ovarium bisa diturunkan dari keluarga. Maka risiko Mama untuk mengidap kanker ovarium meningkat jika ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan sedang atau pernah mengalami kanker ovarium. Risikonya juga meningkat jika ada lebih banyak keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Bahkan, risiko kanker ovarium juga bisa datang dari sisi keluarga ayah. Sekitar 5 sampai 10 persen kanker ovarium merupakan bagian dari sindrom kanker keluarga yang dihasilkan oleh mutasi gen.
3. Terdiagnosis menderita kanker jenis lain sebelumnya
Jika Mama telah didiagnosa dengan kanker payudara, usus besar, rektum, atau rahim, atau membawa riwayat keluarga dengan jenis kanker tersebut, risiko kanker ovarium akan meningkat. Hal ini disebabkan jenis kanker ini dapat ditimbulkan oleh mutasi gen tertentu yang menyebabkan sindrom kanker pada keluarga, dan kemudian meningkatkan risiko kanker ovarium.
Baca juga: 6 Gejala Kanker Rahim yang Perlu Diwaspadai
4. Bertambahnya usia
Risiko kanker ovarium akan meningkat sejalan dengan usia Mama. Kanker ovarium paling sering berkembang setelah masa menopause, meskipun dapat terjadi pada perempuan di semua tahapan usia. Umumnya jarang terjadi pada perempuan di pada usia di bawah 40 tahun. Separuh dari kasus kanker ovarium ditemukan pada perempuan usia 63 tahun atau lebih tua.
5. Belum pernah hamil
Riwayat reproduktif Mama juga memengaruhi risiko kanker indung telur. Perempuan yang sudah pernah hamil sebelum usia 26 tahun memiliki risiko kanker indung telur lebih rendah daripada perempuan yang belum pernah hamil. Risikonya terus menurun dengan setiap kehamilan yang berjalan lancar hingga persalinan. Perempuan yang pertama kali memiliki kehamilan penuh setelah usia 35 atau tidak pernah hamil memiliki risiko kanker indung telur lebih tinggi. Menyusui juga membuat risiko kanker ovarium ini lebih rendah lagi.
Baca juga: Jangan Sepelekan Sakit di Bagian Perut Karena Bisa Jadi Tanda Kanker Ovarium
6. Terapi kesuburan
Perempuan yang pernah menggunakan obat kesuburan clomiphene citrate (Clomid) selama satu tahun lebih kemungkinan bisa meningkatkan risiko tumor indung telur. Risikonya bisa lebih tinggi jika Mama tidak berhasil hamil meskipun sudah mengonsumsi obat tersebut. Jika Mama menggunakan obat-obatan kesuburan, konsultasikan potensi risikonya pada dokter. Namun, perempuan yang tidak subur bisa memiliki risiko yang lebih tinggi ketimbang perempuan yang subur, meskipun tidak menggunakan obat-obatan ini (sehingga tidak pernah hamil).
(Ipoel/Medicine.net/Alodokter/Cancer.org/KompasHealth)
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
KOMENTAR