Nakita.id - Keluarga berencana atau biasa dikenal dengan KB merupakan salah satu program pemerintah untuk mewujudkan keluarga yang lebih sehat.
Keluarga berencana merupakan program yang dikelola oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Tentu saja program ini telah banyak dilakukan oleh para pasangan suami-istri yang ingin menghasilkan keluarga yang berkualitas.
KB dilakukan untuk mencanangkan keluarga kecil dengan cukup memiliki 2 orang anak saja.
Dalam implementasinya, BKKBN tentu mendorong keluarga di Indonesia untuk memakai alat kontrasepsi untuk mencegah atau menunda kehamilan.
Moms pasti sudah familiar dengan beberapa jenis alat kontrasepsi yang bisa digunakan seperti pil KB, suntik KB, kondom, implan, IUD, vasektomi, dan tubektomi.
Namun, beberapa tahun terakhir pelayanan KB di rumah sakit cenderung mengalami penurunan.
Hal itu dirasakan pertama kali semenjak dimulainya pelaksanaan JKN pada tahun 2014.
Dimana di dalamnya terdapat sebuah kendala, seperti adanya rujukan pelayanan secara berjenjang dan rujukan yang harus berdasarkan indikasi medis.
Tak hanya itu, adanya permasalahan mengenai pembiayaan pelayanan KB terutama pada KB persalinan juga mengakibatkan pelayanan KB di rumah sakit menurun.
Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan, Benarkah KB Alami Tidak Ampuh Mencegah Kehamilan?
Pandemi Covid-19 juga berdampak bagi pelayanan rumah sakit.
Saat ini banyak rumah sakit lebih memfokuskan untuk penanganan Covid-19 saja.
Sehingga Masyarakat merasa enggan untuk pergi ke rumah sakit karena khawatir akan tertular virus corona.
Penurunan pelayanan KB membuat kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo menghimbau untuk melakukan kerja sama antara pihak rumah sakit dan pihak lainnya yang terlibat dalam pelayanan KB.
"Dari data BKKBN, pelayanan KB di rumah sakit tahun 2020 berjumlah 1.039.327 dari total jumlah pelayanan KB sejumlah 38.406.660, atau hanya sekitar 2,7%.Oleh karena itu, sangat diperlukan kerja sama dan dukungan mitra kerja, seperti organisasi profesi, perhimpunan dan asosiasi rumah sakit," ujar dr. Hasto dalam webinar Pertemuan Advokasi Revitalisasi Pelayanan KB Rumah Sakit, Rabu (01/8/2021).
Pelayanan KB di rumah sakit sejatinya tak kalah penting dengan penanganan Covid-19 saat ini.
Terlebih jika ada beberapa pasangan yang memang menginginkan untuk menunda kehamilan.
Jika pelayanan kebutuhan layanan kesehatan reproduksi seperti kontrasepsi tak sepenuhnya terpenuhi, maka dikhawatirkan akan munculnya generasi bayi stunting.
"Mereka yang melakukan kontrasepsi pasca persalinan masih sedikit. banyak diantara mereka yang kemudian akhirnya hamil lagi dan bayi mereka pun jarak atau bird to bird pregnancy yang terlalu dekat, itulah salah satu penyebab teradinya stunting, karena stunting berkorelasi dengan jarak kehamilan maupun jarak melahirkan," ucap dr. Hasto.
Saat ini pemerintah melalui BKKBN terus berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk mencegah dari bahaya stunting dan penyakit yang terjadi pada keluarga di Indonesia.
"Oleh karena itu kita ingin menawarkan, mengajak, memberikan konsultasi kepada ibu-ibu yang baru saja melahirkan di fasilitas kesehatan termasuk RS BKKBN telah memberikan sarana dalam bentuk alat kontrasepsi gratis dan BKKBN membuat program baksos untuk masyarakat kurang mampu dan memberikan layanan kontrasepsi secara gratis," terang dr. Hasto.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR