Tabloid-Nakita.com - Baru-baru ini sekelompok peneliti melakukan ujicoba untuk membuktikan bahwa sunat mengurangi sensitivitas penis, dan karenanya seks setelah sunat jadi kurang menyenangkan lagi.
Maka, mereka mengumpulkan sejumlah responden -yang disunat maupun tidak- dan meminta para responden untuk memelorotkan celana. Penis mereka lalu distimulasi untuk mengetahui sensitivitasnya. Peneliti menggunakan dalil keratinisasi (proses di mana sel-sel epidermis atau lapisan teratas pada kulit menjadi keras), yang berprinsip bahwa pria yang disunat akan kurang sensitivitas penisnya. Karena tanpa kulup, kelenjar atau ujung penis mengembangkan lapisan luar yang keras (callous) untuk melindunginya.
Namun dari ujicoba tersebut, para peneliti menepis mitos yang sudah lama ada tersebut.
"Ada banyak cerita rakyat populer yang mengatakan bahwa penis yang disunat menjadi kurang sensitif, namun studi ini mengungkapkan fakta bahwa mungkin bukan itu masalahnya. Sunat tidak berkaitan dengan perubahan dalam sensitivitas penis," kata pemimpin studi, Jennifer Bossio, PhD.
Dengan kata lain, kualitas hubungan seks setelah sunat dari sisi sensitivitas penis tidak akan terpengaruh. Singkatnya, sunat tidak mengurangi kepuasan seksual. Lagipula, menurut Bossio kulup bukanlah bagian paling sensitif dari penis. Jadi, tidak berarti kalau tidak disunat penis jadi lebih sensitif.
Semakin banyak pula praktisi medis yang mendukung praktik sunat bagi pria. World Health Organization sudah mengeluarkan pernyataan bahwa sunat yang dilakukan sesuai standar medis itu menguntungkan, terutama untuk memudahkan saat membersihkan penis. Karena, butuh kecermatan lebih saat membersihkan kulit yang menumpuk pada kulup.
Menurut Centers for Disease Control (CDC), sunat juga mengurangi risiko terpapar HIV/AIDS dari perempuan yang terinfeksi, dan menurunkan risiko penyakit menular seksual, kanker penis, dan infeksi saluran kemih pada bayi. Itu sebabnya American Academy of Pediatrics bahkan menyarankan untuk melakukan sunat saat masih bayi.
"Manfaat kesehatan dari sunat bayi yang baru lahir itu lebih besar daripada risikonya," jelas juru bicara AAP.
Sedangkan bagi perempuan, berhubungan seks dengan pria yang disunat dapat mengurangi risiko kanker serviks, penyakit yang dipicu penularan virus dari hubungan seks, infeksi vagina, dan penularan virus HPV penyebab kanker serviks.
Meskipun begitu, dokter menyerahkan semua keputusan pada orangtua atau individu masing-masing, memilih disunat atau tidak. Yang pasti, penis memang harus dibersihkan dengan cermat. Selain itu, tidak benar bahwa seks setelah sunat itu kurang nikmat bila dibandingkan dengan tidak disunat.
(Dini/SheKnows)
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
KOMENTAR