Tabloid-Nakita.com - Biasanya ketika Mama terangsang secara seksual, kelenjar di dekat vagina akan mengeluarkan cairan. Cairan gairah ini membuat hubungan seks menjadi lebih nyaman, sekaligus memberikan lingkungan yang lebih sehat bagi sperma.
Namun kadangkala vagina terasa kering menjelang berhubungan seks, meskipun Papa sudah melakukan foreplay. Jika vagina kering, Mama dan Papa mungkin akan menduga hal itu disebabkan kurangnya rangsangan. Atau, Papa jadi menduga bahwa Mama sedang tidak ingin berhubungan seks. Jika hubungan intim dipaksakan, tentu Mama akan merasa kesakitan.
Bagi kaum perempuan, kondisi vagina kering menjelang hubungan seks ini dirasa memalukan. Mama berpikir, jangan-jangan Mama frigid, tidak mampu lagi menerima rangsangan seksual.
Jika hal ini sering terjadi, jangan didiamkan ya, Mam. Lebih baik, Mama membicarakannya dengan dokter. Karena vagina kering bisa saja merupakan gejala dari adanya masalah medis yang mendasar. Jika tidak ditangani, vagina kering bisa bikin sulit hamil, lho.
Menurut Rachel Guverich, penulis buku The Doula Advantage and the FabJob Guide to Become a Doula, ada beberapa penyebab vagina kering:
1. Efek samping obat-obatan. Beberapa obat memang dapat mengurangi kualitas cairan serviks. Di antaranya, obat alergi atau antihistamin, obat batuk, obat pilek dan sinus, atropine, propantheline, clomid, obat-obatan untuk mengatasi sulit tidur, juga beberapa obat antidepresi dan epilepsi.
2. Ketidakseimbangan hormon, atau infeksi vagina, juga merupakan salah satu penyebab vagina kering. Jika tidak berovulasi, Mamamungkin tidak mendapatkan cairan vagina yang subur. Mungkin juga Mama memiliki kelebihan cairan vagina yang subur, namun tidak berovulasi (tergantung apa yang menyebabkan masalah ovulasi).
3. Usia. Ketika usia Mama bertambah, cairan vagina juga berkurang. Mama sudah mengetahui bahwa kesuburan akan menurun seiring bertambahnya usia, dan menyebabkan perubahan pada kualitas dan kuantitas cairan vagina. Hal ini juga akan memengaruhi kesuburan Mama.
Di usia 20-an, Mama mungkin akan memiliki cairan vagina berkualitas selama lima hari. Namun di usia 30-an dan 40-an, kualitasnya perlahan akan berkurang menjadi satu atau dua hari saja. Atau, cairan vagina bisa juga dalam kondisi cair, dan tidak pernah menjadi seperti putih telur (tekstur cairan serviks yang subur). Namun meski Mama hanya punya cairan vagina yang subur satu atau dua hari, peluang kehamilan tetap ada.
4. Kebiasaan menyabuni vagina. Ketika Mama merasa gerah, atau risih saat menstruasi, mungkin Mama akan membersihkan vagina dengan menyabuninya. Padahal, menyabuni vagina bisa menghilangkan cairan serviks yang Mama perlukan untuk bisa hamil. Menyabuni vagina juga bisa melenyapkan bakteri baik, sehingga justru meningkatkan risiko infeksi vagina.
Jika Mama sedang berusaha hamil, hilangkan kebiasaan menyabuni vagina ini. Singkirkan juga produk-produk yang dikategorikan sebagai deodoran untuk vagina. Bahkan jika Mama tidak merencanakan kehamilan, produk ini juga tak perlu digunakan karena bisa jadi penyebab vagina kering.
5. Underweight. Hormon estrogen berperan dalam meningkatkan cairan serviks yang dibutuhkan menjelang ovulasi. Nah, jika Mama kekurangan berat badan, atau berolahraga secara berlebihan, kadar estrogen Mama menjadi rendah. Hal ini tidak hanya mengurangi cairan vagina yang subur, tapi juga menimbulkan masalah ovulasi.
Kalau Mama mengalami salah satu atau semua penyebab vagina kering di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Sementara itu, Mama bisa menggunakan cairan lubrikasi untuk membantu agar hubungan seks lebih nyaman.
(Dini/VeryWell)
KOMENTAR