Nakita.id - Semua orangtua tentunya menginginkan yang terbaik bagi putra-putrinya, begitu juga dengan Moms dan Dads.
Orang tua pasti memberikan asupan terbaik bagi anak agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi.
Namun, meskipun telah memberikan makanan yang bernutrisi, orangtua kerap kali masih merasa ragu akan kecukupan vitamin dan mineral anak.
BACA JUGA: Ungkapan Perpisahan Kajol untuk Sridevi Membuat Warganet Terharu
Pasalnya, orangtua pasti paham betul bahwa vitamin dan mineral sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam menghadapi hal itu tak jarang orangtua memberikan tambahan vitamin dan mineral pada anak mereka.
Tidak jarang pula orangtua meminta vitamin pada saat kunjungan rutin ke dokter, ataupun saat anak-anak mereka sakit.
Vitamin dipercayai dapat meningkatkan nafsu makan, meningkatkan kekebalan tubuh anak dan mempercepat penyembuhan anak yang sakit.
Dilansir dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada dasarnya pemberian vitamin dan mineral merupakan sebuah suplementasi.
Hal ini berarti vitamin dan mineral hanya diberikan pada bayi dan anak yang kebutuhan mikronutriennya tidak terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari.
Oleh karena itu, dipakailah pedoman yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) mengenai suplementasi vitamin dan mineral.
Rekomendasi dari WHO ini mencakup pemberian beberapa jenis vitamin dan mineral disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing, serta memperhitungkan prevalensi masalah kesehatan tersering pada daerah tersebut.
BACA JUGA: 6 Jenis Makanan Penyebab Kanker Lambung. Nomor 4 Tak Disangka
Vitamin A
Bukti ilmiah menunjukkan suplementasi vitamin A bermanfaat menurunkan angka kematian sebesar 24% dan kematian terkait diare sebesar 28%.
Berdasarkan fakta tersebut, maka WHO merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 4-6 bulan pada anak usia 12-59 bulan.
Kabar baiknya, program ini sudah diimplementasikan ke dalam program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus (bulan vitamin A).
Vitamin D
American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan bayi sebaiknya tidak terlalu sering terpajan sinar matahari agar tidak berisiko mengidap kanker kulit di kemudian hari.
Di lain pihak, sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin D yang bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan tulang.
Oleh karena itu, AAP merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin D sebesar 400 IU pada bayi ASI eksklusif, bayi yang minum susu formula < 1 liter sehari, dan anak-anak serta remaja.
Bagaimana rekomendasi di Indonesia? Sampai saat ini belum ada bukti ilmiah yang cukup untuk merekomendasikan suplementasi vitamin D secara rutin untuk anak Indonesia.
BACA JUGA: Krim Malam Di Bawah Rp 50.000 yang Bisa Bikin Wajah Cerah? Ada!
Zat Besi
Suplementasi mineral yang paling disoroti oleh WHO adalah suplementasi zat besi.
Zat besi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak, meningkatkan daya tahan tubuh serta konsentrasi dan prestasi belajar. Suplementasi zat besi ini disarankan diberikan rutin setiap hari selama 3 bulan setiap tahunnya pada bayi sejak usia 6 bulan.
Suplementasi ini terutama ditujukan pada negara dengan prevalensi anemia > 40%. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia (dengan berbagai penyebab) pada balita di Indonesia sebesar 40,5%.
Indonesia belum memiliki data prevalens nasional untuk anemia defisiensi besi. Pemberian suplementasi besi secara rutin telah direkomendasikan oleh IDAI dan perlu dikaji efektivitasnya.
Zink
Mineral lain yang penting bagi bayi dan anak-anak adalah zink (seng).
Suplementasi zink terbukti dapat menurunkan insidens diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi.
Suplementasi zink diberikan rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan sekali, pada bayi usia 6-23 bulan.
BACA JUGA: Minum Campuran Bawang Putih dan Madu Saat Perut Kosong Selama 7 Hari, Lihat Apa yang Terjadi
Iodium
Iodium merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan berat dan tinggi badan serta perkembangan kecerdasan otak.
Balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium.
Oleh karena itu, sesuai pedoman WHO suplementasi iodium hanya diberikan pada kelompok balita yang rentan kekurangan iodium.
Vitamin dan mineral lainnya dibutuhkan dalam jumlah kecil, tidak memiliki dampak kesehatan yang besar dan biasanya dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari.
BACA JUGA: Diledek Warnanya Mirip Angkot, Harga Mobil Mewah Milik Sule Ternyata Fantastis
6 Tips Membujuk Anak Agar Nyaman Menjalani Pemeriksaan dan Perawatan Saat Sakit
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR