"Pertama, misalnya tidak menjaga personal hygiene bisa terjadi infeksi sistem reproduksi atau misalnya, penyakit menular seksual. Kedua, tidak melakukkan tindakan pencegahan, seperti tidak vaksin, tidak pap smear, itu rentan terkena penyakit kanker mulut rahim," kata dr. Zeissa dalam saat dihubungi Nakita.id, Jumat (10/9/2021).
Selain kebersihan, penggunaan kontrasepsi yang kurang baik juga bisa mendatangkan masalah, seperti kehamilan yang tidak direncanakan.
Apabila kehamilan tersebut tidak direncanakan, maka juga menekan tingginya praktik aborsi.
Padahal, praktik aborsi sendiri sangat berbahaya bagi kesehatan reproduksi.
"Ketiga, tidak merapkan kontrasepsi dengan baik itu ujung-ujungnya bisa terjadi kehamilan tidak diinginkan, aborsi, atau kalau pun hamil jika tidak dipersiapkan maka kehamilannya akan ada masalah. Misalnya, bayi lahir rendah, prematur," tambah dr. Zeissa.
Menyambung pernyataan dari dr. Zeissa, Dr.dr. Herbert Situmorang, Sp.OG KFER dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI, juga mengungkapkan bahwa aborsi sendiri sudah banyak memakan korban jiwa.
"Proses aborsi banyak sekali memakan korban pada wanita yang mengerjakannya, apalagi dikerjakan dengan tidak aman. Kemudian, kehamilan yang terjadi karena adanya pernikahan pun tidak selalu direncanakan, bisa saja tidak direncanakan," ujar Dr.dr. Herbert.
"Dampaknya apa? Misalnya, ibunya belum betul-betul siap untuk hamil, masih ada kondisi-kondisi medis yang belum beres misalkan ada anemia, obesitas tapi dia sudah terlanjur hamil maka kehamilannya juga akan berisiko tinggi," pungkasnya.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR