Pasalnya, orangtua lebih senang mengucapkan kalimat negatif daripada positif saat berkomunikasi dengan anak.
Misal, "Jangan main air di dapur!" dan masih banyak lagi.
Mulai sekarang, cobalah untuk membuang kata-kata “jangan” atau “tidak” dan gunakan kata-kata positif. Misalnya, “Jangan corat-coret tembok,” menjadi, “yuk corat-coretnya di kertas karton ini saja.”
Selain itu, bantu anak untuk menggali dan mengekspresikan perasaannya secara utuh dalam bentuk verbal.
Tujuannya agar anak mempunyai kesempatan dan keterampilan mengutarakan perasaan serta pikirannya secara tepat, tanpa mudah mengatakan kata “tidak”.
Pendek kata, untuk menghadapi anak yang gemar berkata “tidak”, orangtua dapat melakukan hal-hal berikut ini:
Galilah apa yang menjadi penyebab anak menyatakan penolakan.
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan apa yang diinginkan maupun yang tidak. Misalnya, alasan anak menolak makanan yang sudah disediakan.
Lakukan komunikasi dua arah dengan mengajaknya bicara baik-baik.
Beri penjelasan mengenai apa yang diharapkan orangtua maupun lingkungan dari sikap anak.
Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti.
Misalnya, “Jika kita sampai di rumah Eyang, Karin beri salam dan cium pipi Eyang, ya.
Menyapa orang lain apalagi orang yang lebih tua menandakan kita ini santun.”
Ciptakan lingkungan yang mendukung agar anak merasa nyaman ketika mulai belajar mandiri.
Caranya dengan tidak banyak melarang, memberi contoh berperilaku positif, dan bagaimana harus mengatakan “tidak” pada situasi dan waktu yang tepat, dan sebagainya.
KOMENTAR