Secara khusus, Philip Gable, Ph.D., seorang profesor Universitas Delaware, AS yang berfokus pada dampak emosi terhadap pikiran mengatakan bahwa menangis tidak jauh berbeda dengan ekspresi emosional lainnya.
“Tidak ada pusat kesedihan di otak,” kata Gable.
“Jadi, ketika kita memiliki pengalaman emosional, maka sebagian besar area di otak menjadi aktif,” tambahnya.
Oleh sebab itu, tak perlu terkejut jika seseorang dapat menangis dan tertawa dalam waktu yang bersamaan.
Sebabnya, emosi yang memenuhi otak seseorang perlu diekspresikan.
Bila dilihat secara lebih detail, perempuan tampaknya lebih mudah meluapkan ekspresi kesedihannya dengan menangis.
Alasannya, perempuan tidak memiliki banyak hormon testosteron seperti laki-laki.
Saat menangis, hormon testosteron pada laki-laki dapat menghambat seseorang untuk menangis.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR