Nakita.id - Salah satu cita-cita yang diinginkan banyak pasangan adalah memiliki seorang anak.
Suasana rumah semakin hangat dengan hadirnya Si Kecil di tengah-tengah keluarga.
Setelah melahirkan, Moms tentu saja akan merawat sepenuh hati demi tumbuh kembang anak berjalan optimal.
Namun, apa jadinya jika Si Kecil didiagnosis oleh dokter sebagai anak berkebutuhan khusus?
Moms pasti merasa syok bahkan dunia seakan runtuh setelah mendapatkan diagnosis Si Kecil yang berkebutuhan khusus.
Gejolak emosi dan rasa sulit untuk menerima tentu akan terus Moms rasakan.
Mendapati Si Kecil didiagnosa sebagai anak berkebutuhan khusus bukanlah perkara yang mudah untuk dijalani.
Setiap orang memiliki cara proses penerimaan yang berbeda-beda.
Mungkin ada Moms yang merasa kecewa, sedih, bahkan emosi, sebagai salah satu cara meluapkan perasaan ketika Si Kecil didiagnosa sebagai anak berkebutuhan khusus
Menurut Firesta Farizal, M.Psi, Psikolog, Psikolog Klinis Anak dan Remaja & Direktur Klinik Mentari Anakku, bagi para orangtua yang baru saja mengetahui Si Kecil sebagai anak berkebutuhan khusus, tak ada salahnya memberikan waktu untuk mengetahui batasan diri sendiri.
Lakukanlah hal-hal yang dirasa tepat, jika Moms butuh waktu untuk sendiri, maka lakukanlah.
"Untuk orangtua, mungkin bukan yang mudah mendapatkan diagnosa terkait Si Kecil apalagi anak berkebutuhan khusus, yang bisa dilakukan orangtua adalah mengambil waktu sejenak untuk memproses semuanya," ucap Firesta dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Selasa (9/11/2021).
Firesta juga mengatakan, untuk bisa menerima Si Kecil sebagai anak berkebutuhan khusus memang perlu waktu.
Sangat wajar jika Moms ingin memberikan banyak waktu untuk diri sendiri dan mencoba memahami apa yang telah terjadi. Tetapi, jangan sampai proses menenangkan diri tersebut membuat Moms malah menyalahkan diri sendiri bahkan kepada Si Kecil.
Moms harus ingat bahwa diri Moms dan juga Si Kecil sangatlah berharga, berpikirlah bahwa selalu ada kebaikan atas kejadian kurang menyenangkan yang Moms rasakan.
"Kalau masih butuh waktu untuk proses menerima, ya proseslah. Sambil mengingat bahwa ini adalah anak kita. Diagnosa tidak mengubah apapun dari anak kita malah membuat kita paham mengenai anak kita," sambungnya.
Moms harus berpikir bahwa Si Kecil yang memiliki kekurangan itu tetaplah buah hati yang telah Moms kandung selama sembilan bulan lamanya.
Diagnosis yang diberikan dokter bukan berarti Moms harus larut dalam kesedihan, tetapi berpikirlah kalau diagnosis tersebut merupakan salah satu cara agar nantinya bisa mengetahui pengobatan apa yang cocok dilakukan untuk penyembuhan anak berkebutuhan khusus.
Bayangkan jika semisalnya Moms tidak melakukan konseling atau pemeriksaan ke para ahli, Moms mungkin akan semakin kesulitan dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus.
"Diagnosa itu tujuannya untuk membantu profesional dokter, psikolog, terapis, yang akan bekerja dengan anak untuk mempermudah dalam melakukan intervensi karena memiliki gambaran kondisi anaknya seperti apa," imbuhnya.
Meski butuh waktu yang cukup lama untuk menerima kondisi tersebut, Moms harus tetap ikhlas dan terus melanjutkan aktivitas sehari-hari yang jauh lebih menyenangkan bersama Si Kecil.
Jangan ragu untuk meminta pertolongan kepada ahli, baik itu dokter, psikolog, terapis, sampai Moms benar-benar memahami dan mulai menerima jika Si Kecil memang anak yang spesial, Si Kecil memang anak yang memiliki berkebutuhan khusus.
"Pastinya orangtua butuh berproses untuk bisa menerima kondisi itu, tetapi jalani saja prosesnya, cari tahu informasi sebanyak-banyaknya dari dokter, psikolog, sampai betul-betul paham. Lalu, berproseslah untuk bisa menerima keadaan anak, karena semakin lama kita tidak menerima, semakin sulit ke depannya untuk anak mendapatkan intervensi," pungkas Firesta.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR