Nakita.id.- Penerbangan berbujet rendah sering kali tidak menyediakan full service berikut makanan.
Untuk itu, penjualan makanan sering dilakukan para pramugari selama penerbangan.
Kadang-kadang, untuk menghemat dompet dan memenuhi selera, penumpang membawa makanannya sendiri, dan hal ini sering diperbolehkan oleh maskapai penerbangan.
BACA JUGA: Ini Alasan Tirai Jendela Pesawat Harus Dibuka Saat Take Off dan Landing Meskipun Malam Hari
Tetapi, apakah Moms menyiapkan sendiri dari rumah, atau membeli di bandara sesaat sebelum terbang,
ada baiknya menghindari 7 makanan ini demi Moms dan orang-orang di sekitar Moms, seperti yang ditulis oleh editor perjalanan Caroline Morse Teel dari situs smartravel.com;
#1. Makanan yang sekiranya tidak habis dimakan
Moms suka ngemil buah-buahan atau sayuran rebus, dan berpikir perjalanan panjang membutuhkan beberapa buah apel atau jeruk.
Tapi kalau Moms tidak habis memakannya, lebih baik berpikir ulang untuk membawa.
Sebab, di sebagian besar negara, Moms harus mengumumkan makanan (bahkan barang kemasan) sebelum masuk, dan sesuatu yang telah Moms buka/kupas mungkin tidak berhasil masuk.
Buah dan sayuran segar biasanya tidak akan diizinkan masuk, entah karena masalah pertanian. (Badan Pengawasan Bea dan Cukai A.S. menawarkan panduan bermanfaat ini, namun negara lain juga kurang lebih memiliki peraturan yang sama.)
#2. Makanan instan
Banyak Moms punya ide membawa sup atau mi instam ke dalam pesawat.
Konsekuensinya Moms akan meminta air mendidih ke pramugari saat makan.
Bukan ide yang baik karena turbulensi bisa menyerang setiap saat. Plus, banyak mi instan yang sudah dikemas mendekati setengah dari rekomendasi natrium harian Moms, yang pastinya tidak akan membantu Moms melawan jet lag.
#3. Makanan yang berisik
Kriuk..kriuk...kriuk...enak memang kalau kita asyik makan keripik. Tapi ingat Moms, di pesawat, dimana jarak kursi (kelas ekonomi) berdekatan, tetangga Moms tak ingin mendengar suara Moms mengunyah.
Tanpa Moms sadari, makanan renyah bisa terdengar lebih keras daripada mesin pesawat.
Ingatlah bahwa orang di sebelah Moms tidak punya tempat untuk pergi, jadi simpan makanan yang bikin suara berisik, sampai Moms mendarat.
BACA JUGA: Heran, Mengapa Orang Dewasa Tertarik Minum ASI? Rupanya Ini Alasannya, Moms
#4. Makanan yang mudah tercecer dan berantakan
Sebangsa pizza, spagheti atau makanan cepat saji membutuhkan peralatan makan.
Padahal kalau Moms membawa sendiri makanannya, pramugari jarang meminjamkan peralatan makannya.
Ditambah meja kecil di depan Moms, hanya akan membuat Moms kesulitan menggerakan tangan, akibatnya berpotensi membuat makanan menyebar dan berantakan.
Belum lagi pramugari tidak akan membersihkan sampai pesawat benar-benar mendarat dan dibersihkan oleh petugas bandara.
Jadi Moms mungkin akan meninggalkan remah-remah atau sisa makanan lainnya untuk Moms dan sekeliling tempat duduk Moms.
#5. Makanan yang berbau
Makanan berbau seharusnya tidak pernah Moms makan di pesawat Jika Moms tergoda untuk membawa telur rebus, ikan tuna, atau makanan berbau busuk lainnya, berhenti dan pikirkan apakah setiap orang terjebak dalam kabin kecil dengan Moms ingin mencium bau apa yang Moms makan.
#6. Makanan berminyak
Beli makanan cepat saji memang paling gampang dan murah, tapi sebenarnya bukan pilihan terbaik untuk dibawa terbang.
Makanan berminyak membuat "jejak" dimana-mana akibat Moms setelah makan memegang kursi, meraih sandaran tempat duduk, atau menutup tirai kabin. Lihatlah, tanda minyak jadi ada dimana-mana.
Ditambah lagi makanan berminyak cenderung membuat Moms menderita sakit maag atau mual saat Moms mendarat.
BACA JUGA: Seorang Ibu Punya Cara Pintar Mencegah Pembayaran Lewat Face ID
#7. Kacang-kacangan
Kacang gratis sebagian besar telah hilang dari pesawat karena meningkatnya jumlah alergi kacang di dunia.
Mengemas sandwich selai kacang atau sekantung kacang bisa juga berbahaya jika Moms menderita alergi parah yang lebih berisiko muncul pada penerbangan, terutama jarak jauh. (*)
For the Greater Good, For Life: Komitmen ParagonCorp Berikan Dampak Bermakna, Demi Masa Depan yang Lebih Baik Bagi Generasi Mendatang
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR