Tabloid-Nakita.com - Memasuki masa trimester kedua kehamilan ini, ada satu hal lagi yang penting Mama ketahui, yaitu mengenai preeklamsia. Preeklamsia berasal dari kata Yunani "eklampsis" yang berarti "kilat menyambar". Seperti namanya, komplikasi kehamilan ini kerap hadir tiba-tiba tanpa gejala yang khusus. Karena itu Mama perlu memahami gejala preeklamsia agar siap ketika menghadapinya.
Preeklamsia umumnya terjadi setelah 20 minggu masa kehamilan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan adanya protein yang keluar bersama urine ibu hamil. Karenanya, kenali gejala preeklamsia sekaligus pencegahannya, karena kondisi ini berkontribusi pada gangguan pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan sejumlah komplikasi kehamilan lainnya.
Jika tidak terdiagnosis dan tidak ditangani, preeklamsia bisa mengakibatkan Mama hamil mengalami kejang-kejang, stroke atau kerusakan organ. Bahkan pada sejumlah kasus, preeklamsia dapat menyebabkan kematian. Namun Mama tak perlu khawatir, jika preeklamsia cepat terdeteksi, penanganannya juga bisa segera dilakukan untuk mencegah dampak yang tidak diinginkan.
“Teori awal mula terjadinya preeklamsia banyak sekali. Namun, preeklamsia terutama terjadi karena gangguan pembentukan plasenta pada saat awal kehamilan. Semakin besar gangguan pembentukan plasenta tersebut, kemungkinan komplikasi preeklamsia pada Mama dan janin semakin meningkat,” papar dr. Jimmy Panji, SpOG, dari TanyaDok.com.
Kendati dunia kedokteran hingga kini belum dapat menentukan penyebab pasti preeklamsia, ada sejumlah faktor risiko yang bisa memicu preeklamsia pada ibu hamil. “Usia muda, riwayat preeklamsia atau tekanan darah tinggi pada kehamilan sebelumnya, malnutrisi, kehamilan kembar, kehamilan mola hidatidosa (hamil anggur), serta hamil dengan kondisi medis tertentu seperti penyakit jantung, kelainan tiroid, gangguan ginjal, diabetes maupun penyakit lupus bisa meningkatkan risiko preeklamsia,” lanjut Jimmy.
Bila wajah dan tangan Mama tiba-tiba sangat membengkak, bisa jadi hal tersebut merupakan gejala preeklamsia. Meski demikian, preeklamsia khususnya preeklamsia ringan tidak selalu menunjukkan gejala. “Kita baru akan tahu setelah dilakukan pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan urine. Jika tekanan darah menjadi 140/90 mmHg namun tidak melebihi 160/100 mmHg, itu pertanda gejala preeklamsia ringan.
Selain itu akan dipastikan lagi melalui pemeriksaan urine. "Bila hasil tes menunjukkan jumlah protein dalam urine antara 300 mg hingga 4 g dalam 24 jam, berarti Mama positif mengalami preeklamsia ringan,” kata Jimmy.
Setelah itu, dokter akan mengevaluasi kondisi Mama dan janin. Jika janin sudah matang dan dapat bertahan hidup di luar kandungan, umumnya dokter akan memilih melahirkan bayi untuk mencegah komplikasi. Namun jika kehamilan masih berusia di bawah 37 minggu dan kondisi Mama serta janin stabil, biasanya dokter akan menyarankan Mama banyak beristirahat serta mengurangi aktivitas untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran darah ke plasenta.
Ibu hamil yang telah diketahui memiliki preeklamsia pun sebaiknya mengurangi konsumsi garam dan minum air minimal 2 liter setiap hari. Garam dapat menyebabkan volume darah bertambah, dan memperbanyak asupan air minum bisa mendorong garam keluar dari tubuh melalui urine.
Nah, sebelum semua gangguan ini terjadi, segera kenali gejala preeklamsia yang mungkin terjadi!
Narasumber: dr. Jimmy Panji, SpOG, TanyaDok.com
(Theresia Widiningtyas)
Apa Itu Silent Treatment? Kebiasaan Revand Narya yang Membuatnya Digugat Cerai Istri
KOMENTAR