Nakita.id – Sebagai seorang ibu, Moms tentunya ingin memberikan yang terbaik untuk menopang perkembangan si kecil. Hal terbaik yang dapat Moms lakukan untuk si kecil adalah memberikan air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada enam bulan pertama kehidupannya.
Seperti diketahui, ASI mengandung nutrisi penting yang diperlukan si kecil, seperti protein dan lemak baik, vitamin dan mineral, hingga kolostrum yang dapat berperan dalam pembentukan sistem daya tahan tubuh.
Namun, tidak sedikit Moms yang tidak dapat memberikan ASI eksklusif dengan beragam sebab. Mengutip dari International Breastfeeding Journal yang dirilis lembaga riset Biomed Central pada 2012, kondisi kesehatan Moms hingga tidak cukupnya produksi ASI menjadi penyebab paling umum.
Pemberian susu formula menjadi solusi ketika Moms mengalami situasi tersebut. Namun, pemberian susu formula terkadang juga mendatangkan dilema. Khususnya, apabila si kecil ternyata sensitif terhadap protein susu sapi yang ada pada susu formula.
Menurut data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dirilis pada 2014, sebanyak 2 persen sampai 7,5 persen anak-anak di Indonesia mengalami alergi protein susu sapi yang terdapat pada susu formula pada masa awal kehidupannya.
Reaksi alergi biasanya ditimbulkan oleh dua jenis protein, yakni αS1-casein dan whey, yang dominan pada susu sapi.
Baca Juga: Nyesel Baru Tahu, Seperti Ini Rahasia Wajah Bebas Jerawat dengan Cepat Tanpa Perlu Bersusah Payah
Immunoglobulin (IgE) pada tubuh anak yang sensitif dapat menolak dua jenis protein tersebut dengan mendorong produksi zat histamin. Produksi histamin tersebutlah yang menyebabkan munculnya reaksi alergi. Pada beberapa anak reaksi alergi terhadap protein susu tersebut biasanya berupa timbulnya ruam merah yang disertai rasa gatal, diare hingga tinja berdarah, bersin, dan batuk.
Oleh sebab itu, diperlukan inovasi produk susu yang memiliki kandungan αS1-casein rendah, salah satunya adalah susu kambing formula.
Berikut penjelasan ilmiah mengapa susu kambing formula lebih lembut untuk pencernaan anak yang sensitif terhadap protein susu.
Komposisi protein yang mirip ASI
Susu kambing mengandung lebih sedikit αS1-casein, yakni hanya 5-10 persen. Protein yang lebih dominan pada susu kambing adalah β-casein yang komposisinya mencapai lebih dari 70 persen.
Menurut penelitian ilmiah, ASI juga memiliki protein β-casein yang dominan. Dengan demikian, dapat dikatakan komposisi protein susu kambing dan ASI hampir serupa.
Baca Juga: Tahukah Moms? Susu Kambing Ternyata Miliki Kandungan Nutrisi Mirip ASI
Kasein dapat membentuk gumpalan dadih susu ketika bercampur dengan asam lambung dalam proses pencernaan. Namun, ada perbedaan antara reaksi yang terjadi pada susu sapi dan kambing ketika berinteraksi dengan asam lambung.
Susu sapi yang dominan protein αS1-casein akan membentuk gumpalan dadih yang kaku dan kasar sehingga sulit terurai dalam pencernaan. Sementara, susu kambing yang lebih dominan β-casein membentuk dadih susu dengan kandungan air yang tinggi sehingga strukturnya sangat lembut dan mudah terurai. Hal ini dibuktikan lewat percobaan yang mencampurkan dua jenis protein dengan cuka apel yang memiliki keasaman hampir sama dengan asam lambung.
Dengan dadih susu yang lebih lembut, susu kambing formula lebih mudah dicerna di perut anak. Menurut penelitian Pintado dan Malcata pada 2000 yang berjudul “Hydrolysis of ovine, caprine and bovine whey proteins by trypsin and pepsin”, enzim tripsin yang ada di lambung mampu memecah 96 persen kasein susu kambing. Sebaliknya, kasein susu sapi yang hanya dapat dicerna 70 sampai 90 persen.
Lemak susu kambing formula lebih cepat dicerna dan diserap
Alasan lain yang membuat susu kambing formula lebih mudah dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan si kecil adalah jenis asam lemaknya.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Lindquist dan Hernell pada 2010, saluran pencernaan bayi belum matang untuk mencerna lemak asam lemak susu sapi. Sebab, susu sapi memilki jenis asam lemak rantai panjang atau long chain fatty acid (LCFA). Sementara, susu kambing memiliki jenis asam lemak rantai sedang atau medium chain fatty acid (MCFA), proses mencernanya lebih mudah sehingga lebih cepat terserap ke dalam sistem pencernaan.
Hal itu disebutkan juga dalam penelitian Hachelaf, dkk. pada 1993 yang berjudul “Comparative digestibility of goat’s versus cow’s milk fats in children with digestive malnutrtion”. Susu kambing yang memiliki asam lemak rantai sedang dapat diserap lebih efisien oleh pencernaan anak yang memiliki intoleransi gluten.
Meminimalisasi reaksi alergi protein susu
Banyak orang yang memiliki masalah pencernaan dan sensitif terhadap protein susu sapi beralih mengonsumsi susu kambing. Konsumsi susu kambing dapat perlahan meredakan gejala fisik yang dialami akibat reaksi alergi terhadap susu sapi, seperti ruam dan gangguan pencernaan.
Riset berjudul “Formula ‘Nanny’ in Diet Therapy of Atopic Dermatitis in Infants” yang dilakukan Denisova pada 2003 dan 2004 menemukan hal tersebut. Gejala dermatitis atopik atau ruam kemerahan pada kulit membaik pada lebih dari 80 persen bayi dan 88 persen anak-anak ketika mereka beralih ke susu kambing formula.
Sementara itu, menurut penelitian berjudul “Allergenicity of goat’s milk in children with cow’s milk allergy” yang dilakukan Bellioni dan Businco di 1999 menunjukkan risiko alergi susu kambing juga lebih minim. Penelitian tersebut membuktikan rata-rata dibutuhkan lima kali konsumsi susu kambing formula untuk dapat memicu reaksi alergi.
Dengan demikian, susu kambing formula menimbulkan lebih minim risiko alergi. Namun demikian, orangtua tetap disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan sebelum memberikan susu kambing formula pada anak-anak yang alergi akut.
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR