Tabloid-Nakita.com - Sebanyak 8 bayi dari 1.000 kelahiran hidup di Indonesia dilahirkan dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan angka kelahiran 2%, maka jumlah penderita PJB di Indonesia bertambah 32.000 bayi setiap tahun.
Angka kejadian penyakit jantung bawaan yang relatif tinggi tersebut membuat PJB menjadi penyebab kelainan bawaan tersering pada bayi di antara kelainan bawaan lain, seperti: kelainan bawaan saluran cerna, paru, ginjal, anggota gerak, dan lain-lain.
Meskipun menjadi penyebab kelainan bawaan tersering pada bayi, namun penyakit jantung bawaan kerap kali tidak memberikan gejala/tanda yang khas saat bayi baru lahir. Pasalnya, sirkulasi darah dan sistem pernapasan masih mengalami transisi dari masa janin ke periode pascalahir, sehingga bayi dengan penyakit jantung bawaan pun dapat terlihat normal dan baik-baik saja saat baru lahir.
Manifestasi klinis kelainan penyakit jantung bawaan memang bervariasi dari yang paling ringan sampai berat. Pada tingkat ringan, sering tidak ditemukan gejala dan tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan klinis. Sedangkan pada penyakit jantung bawaan berat, gejala sudah tampak sejak lahir dan memerlukan tindakan segera.
Dua kelompok PJB
PJB adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, di mana terjadi kelainan struktur jantung akibat gangguan atau kegagalan perkembangan jantung pada janin. Pembentukan jantung pada janin sendiri mulai terjadi di masa awal kehamilan dan hampir selesai pada 4 minggu setelah pembuahan, yaitu saat Mama sering kali baru menyadari kehamilannya.
Untuk itu, penting bagi setiap Mama yang sedang merencanakan kehamilan untuk menjaga kesehatan dan asupan nutrisi saat mempersiapkan dan selama periode kehamilan.
Berdasarkan penelitian, penyebab penyakit jantung bawaan diduga bersifat multifaktorial, yaitu melibatkan kerentanan genetik (bawaan) dan faktor lingkungan. Paparan rokok saat kehamilan (baik Mama perokok aktif maupun pasif), konsumsi obat-obatan tertentu, infeksi pada kehamilan, diabetes melitus, dan sindrom atau kelainan genetik tertentu, seperti down syndrome, dilaporkan meningkatkan risiko kelainan jantung bawaan pada bayi.
Secara garis besar, PJB dibagi dua kelompok, yaitu PJB biru (sianotik) dan PJB nonsianotik.
1. PJB biru (sianotik) lebih cepat menimbulkan gejala dan paling mudah dikenali. Gejala yang paling sering ditemukan adalah bayi menjadi biru saat menangis (bibir, kuku, dan lidah menjadi biru). Wajah bayi tampak pucat dan biru, ujung kaki dan tangan juga kuku
terlihat kebiruan akibat kurangnya aliran darah.
2. PJB non-sianotik, yaitu PJB yang tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. PJB nonsianotik umumnya menimbulkan gejala gagal jantung, ditandai dengan sesak yang memberat saat menetek/beraktivitas, bengkak pada wajah, anggota gerak, dan perut, serta gangguan pertumbuhan yang menyebabkan kekurangan gizi.
Oleh: Dr. Vicka Farah Diba, MSc., SpA, Poliklinik Anak RS Ibnu Sina dan RS Santa Maria Pekanbaru Riau
Rekap Perjalanan Bisnis 2024 TikTok, Tokopedia dan ShopTokopedia: Sukses Ciptakan Peluang dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi Digital
KOMENTAR