Nakita.Id - Masih ada orangtua yang ragu untuk memberikan vaksinasi untuk anak-anaknya. Hal ini dipicu oleh keyakinan bahwa vaksinasi tidak memberikan manfaat bagi anak; bahkan merugikannya. Misalnya, bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme. Namun, para dokter sendiri selalu menyatakan bahwa vaksinasi telah menyelamatkan nyawa jutaan manusia dari berbagai penyakit mematikan.
Nah, meskipun sebagian besar dari orangtua Indonesia tetap memberikan imunisasi untuk anak-anaknya, namun masih ada beberapa kekhawatiran mengenai efek sampingnya. Berikut beberapa mitos tentang vaksinasi yang kerap terdengar:
Mitos: Vaksin menyebabkan autisme
Fakta: Pada tahun 1998 sebuah studi sempat menghebohkan masyarakat akibat pernyataan mengenai adanya hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Namun pada akhirnya studi ini dinyatakan salah, dan ditarik oleh jurnal yang menerbitkannya. Sayangnya, publikasi ini terlanjur membuat publik panik dan membuat cakupan imunisasi menurun yang diikuti dengan kejadian luar biasa dari campak, rubela, dan gondongan. Ditekankan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dengan autisme.
Mitos: Vaksin memiliki beberapa kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui. Vaksinasi bahkan bisa fatal
Fakta: Vaksin itu aman. Kebanyakan reaksi vaksin bersifat minor dan sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan, atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat sangat jarang terjadi, setelah dilakukan investigasi dan monitor secara ketat.
Orang-orang jauh lebih berisiko untuk sakit parah akibat terinfeksi penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin daripada karena divaksin. Sebagai contoh, penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan, campak dapat menyebabkan radang otak dan kebutaan, dan beberapa penyakit lainnya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sementara sakit berat atau kematian akibat vaksin hanya terjadi 1 dari sekian banyak, lebih banyak keuntungan yang didapat karena divaksinasi daripada kerugiannya, dan banyak kesakitan dan kematian akan terjadi tanpa vaksin.
Mitos: Lebih baik kebal melalui penyakit daripada vaksin
Fakta: Vaksin berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh kita untuk menghasilkan respons kekebalan yang sama dengan respons kekebalan infeksi alamiah. Tetapi, vaksin tidak dapat menyebabkan sakit atau membuat seseorang menderita komplikasi. Kebalikannya, dampak yang didapat dari infeksi alamiah Haemophilus influenzae tipe b (Hib) adalah retardasi mental, dari rubela berupa cacat bawaan lahir, dari virus hepatitis B berupa kanker hati, atau kematian akibat campak.
Mitos: Influenza hanya penyakit sepele dan vaksinnya tidak terlalu efektif
Fakta: Influenza lebih dari sekadar penyakit yang sepele. Influenza merupakan penyakit serius yang menyebabkan 300.000 - 500.000 kematian di seluruh dunia tiap tahunnya. Wanita hamil, anak kecil, lansia dengan tingkat kesehatan yang kurang, dan siapa pun dengan penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung, lebih berisiko mengalami infeksi serius dan mematikan.
Memberikan vaksinasi kepada ibu hamil memberikan keuntungan dalam melindungi bayi yang akan dilahirkan (saat ini tidak terdapat vaksin influenza untuk bayi di bawah 6 bulan). Kebanyakan vaksin influenza memberikan kekebalan terhadap 3 strain tersering di musim apapun. Vaksin influenza mencegah kita terserang flu berat dan menularkan kepada orang lain. Menghindari flu berarti menghindari biaya besar yang harus dikeluarkan untuk berobat dan kehilangan waktu bekerja atau sekolah.
Mitos: Memberikan lebih dari 1 vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang berbahaya, yang dapat membebani sistem kekebalan anak
Fakta: Bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak tersebut. Anak-anak yang terpapar oleh beberapa ratus zat asing yang dapat memicu respons imun setiap hari. Peristiwa sederhana seperti memakan makanan membuat tubuh mengenal antigen baru dan banyak bakteri yang hidup di mulut dan hidung. Seorang anak lebih banyak terpapar antigen dari selesma atau nyeri tenggorok daripada oleh vaksin.
Keuntungan kunci dari menerima beberapa vaksin sekaligus adalah mengurangi jumlah kunjungan, sehingga menghemat waktu dan uang, serta anak-anak pun lebih pasti mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal. Vaksinasi kombinasi seperti MMR (measles-mumps-rubella/campak-gondongan-rubela) berarti mendapat suntikan yang lebih sedikit.
Mitos: Penyakit masa kanak-kanak yang dapat dicegah dengan imunisasi hanya salah satu musibah yang wajar terjadi dalam hidup
Fakta: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tidak harus menjadi “takdir”. Penyakit seperti campak, gondongan, dan rubela merupakan penyakit serius dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius baik pada dewasa maupun anak-anak, termasuk pneumonia, radang otak, kebutaan, diare, infeksi telinga, sindrom rubela kongenital (jika seorang wanita hamil terinfeksi rubela pada trimester pertama), dan kematian. Semua penyakit dan penderitaan yang terjadi ini dapat dicegah dengan vaksin. Kegagalan dalam memberikan vaksin membuat anak-anak rentan terhadap penyakit yang seharusnya tidak perlu.
Sudah jelas kan, bagaimana fakta dari berbagai mitos tentang vaksinasi yang kerap Mama dengar selama ini? Segera jadwalkan imunisasi untuk si kecil ya, Mam.
Artikel ini juga bisa dibaca di sini.
(Dini/IDAI.or.id)
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Dini Felicitas |
Editor | : | Dini |
KOMENTAR