Nakita.id - Moms, siapa yang masih suka malas membawa anak ke posyandu?
Selama ini, kita mungkin beranggapan bahwa posyandu hanya tempat untuk menimbang anak.
Kemudian, biasanya saat Si Kecil sudah di beri imunisasi lengkap, para Moms enggan datang lagi.
Padahal, di posyandu anak tidak hanya disuntik vaksin dan ditimbang beratnya saja loh!
Melansir dari laman Kemenkes (Kementerian Kesehatan) Republik Indonesia, ada banyak manfaat Posyandu yang belum disadari oleh para ibu.
Dengan rutin datang ke posyandu, tumbuh kembang anak selama masa keemasannya (0-5 tahun) akan terpantau dengan baik.
Nantinya berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak akan diukur untuk mendeteksi sejak dini jika terjadi hal-hal tidak diinginkan seperti kekurangan gizi.
Seperti yang kita tahu, kurang gizi dapat meningkatkan risiko stunting pada anak.
Simak penjelasan selengkapnya Moms!
Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan tumbuh kembang anak karena kurangnya asupan gizi, terserang infeksi, maupun stimulasi psikososial yang tak memadai.
Salah satu cirinya adalah, tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar anak-anak seusianya.
Oleh karenanya, melakukan membawa anak ke posyandu dengan rutin bisa mencegah risiko stunting.
dr. Juliawaty Salim, Sp.A, Dokter Spesialis Anak di RS Mitra Keluarga Kemayoran, mengatakan bahwa penting sekali membawa anak ke posyandu untuk memantau tumbuh kembangnya.
"Setelah lahir tentunya (pertumbuhannya) harus di-follow up juga, ibu bisa membawa anak-anaknya ke sarana kesehatan terdekat misalnya seperti posyandu," katanya katanya dalam wawancara bersama Nakita, Jumat (14/1/2022).
Nah, seberapa sering Moms harus membawa Si Kecil ke posyandu?
"Anak di bawah 1 tahun setiap 3 bulan harus dibawa ke posyandu, setelah di atas 1 tahun bisa setiap 6 bulan sekali," kata dr Julia.
dr Julia menjelaskan, dengan melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan lingkar kepala anak, kita bisa mengenali gejala stunting sejak dini.
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), 11,7% bayi terlahir dengan gizi kurang.
Ciri-cirinya, panjang tubuh tidak sampai 48 cm dan berat badan di bawah 2,5 kg (berat badan lahir rendah/BBLR).
Selain itu, dr Julia juga mengingatkan akan kondisi weight faltering pada anak yang mengganggu tumbuh kembangnya.
Weight faltering adalah kenaikan berat badan yang tidak adekuat.
Yakni saat, berat badan anak hanya naik sedikit atau tidak naik sama sekali sehingga tidak mencapai standar ideal setiap bulannya.
"Orangtua harus berhati-hati bahwa kenaikan berat badan yang seret (tersendat) akan menimbulkan dampak ke tinggi badannya di kemudian hari, sehingga menjadi stunting," kata dr Julia.
Selain itu Moms, ada sejumlah manfaat saat kita rutin ke posyandu loh!
Kita bisa berkonsultasi langsung dengan kader-kader kesehatan terkait masalah kesehatan anak.
Kemudian, para Moms juga bisa mengobrol dan berbagi pengalaman saat mengasuh Si Kecil selama berada di Posyandu.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR