"Tentu saja mereka marah karena mereka jatuh. Lutut atau bagian tubuhnya sakit dan mereka melihat darah," ungkapnya.
"Anak-anak tidak bisa mengontrol apakah itu menyakitkan atau apa ada darah atau tidak. Itu menakutkan," imbuhnya.
Peran orangtua bukan dengan meminta anak berhenti menangis.
Namun, orangtua disarankan untuk memberikan bantuan berupa dukungan.
"Anak-anak membutuhkan bantuan dan dukungan dari kita untuk mengelola (perasaan) dan mengaturnya," kata pelatih pengasuhan anak tersebut.
Banyak pula orangtua yang meminta anak berhenti menangis atau melabeli anak yang menangis denga sebutan anak cengeng.
Yang paling sering dilarang menangis adalah anak laki-laki.
Menurut anggapan di kalangan masyarakat, laki-laki dibentuk untuk jadi sosok yang kuat dan tak boleh cengeng.
Padahal, siapa saja berhak untuk menangis dan sebenarnya ketika seseorang tak bisa mengungkapkan isi hatinya melalui menangis, bisa menjadi hal buruk baginya.
"Banyak ibu mendidik anak laki-laki untuk tidak menangis demi menunjukkan sosok kelaki-lakian si anak. Itu salah. Sifat laki-laki sejati bukan masalah boleh menangis atau tidak," ungkap seorang psikolog bernama Dr Rose Mini Agoes Salim MPsi (Romy) melansir Kompas (19/3/2015).
Justru menurut Romy, sebaiknya orangtua menjelaskan bahwa menangis bukan hal yang memalukan bagi laki-laki.
Penulis | : | Kirana Riyantika |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR