Tabloid-Nakita.com - Menjadi ibu bekerja memang tidak mudah. Mama harus memenuhi semua kebutuhan rumah tangga sebelum berangkat ke kantor. Kadang karena terburu-buru, Mama tak sempat memasak. Akhirnya, Mama mengizinkan anak-anak makan dengan makanan olahan seperti nugget. Di lain pihak, asisten rumah tangga sering juga memberikan nugget agar anak bisa makan dengan cepat.
Hal ini memang tidak terhindarkan, tapi Mama perlu mengetahui efek buruk mengonsumsi makanan olahan. Survei yang dimuat dalam laporan berjudul Organix: Engineering Taste, mengungkapkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan olahan membuat anak kehilangan selera pada makanan rumahan.
Makanan olahan, yang mengandung bahan pengawet, citarasa buatan, dan pewarna, membuat orang makan lebih cepat (baik saat menyiapkan maupun mengonsumsinya). Pada pertengahan minggu, umumnya kita butuh 10-15 menit untuk menyiapkan makan, dan 10-15 menit lagi untuk menikmatinya. Jadi rata-rata kita butuh 30 menit untuk menyiapkan sekaligus makan.
"Ketika makan, perut kita mengirimkan sinyal ke otak untuk memberitahu kapan kita kenyang. Hal ini berlaku jika kita makan dengan perlahan, yang butuh waktu kira-kira 20 menit. Namun, karena makanan olahan memberikan sensasi rasa lebih cepat dan serbuan rasa itu menghilang dengan cepat, hal itu mengabaikan penerima rasa kita, dan mengesampingkan sinyal perut ke otak. Akibatnya anak merasa lebih cepat lapar, dan mereka makan lebih banyak," ujar Taste Psychologist Greg Tucker, yang menggelar studi ini.
Bagi para responden, makan makanan rumahan itu butuh usaha. Bukan hanya butuh waktu lebih lama untuk memasaknya, tapi juga untuk mengonsumsinya. Dengan adanya makanan olahan, anak-anak jadi terbiasa pada makanan yang tidak butuh usaha untuk menikmatinya. Bahkan mengunyah makanan saja butuh kerja keras bagi anak-anak.
Studi tersebut mendapati bahwa makan nugget ayam lebih mudah daripada makan dada ayam, karena pelapis tepung roti yang digunakan pada nugget langsung hancur di mulut tanpa banyak usaha. Bahkan para ibu yang memberikan anak makanan rumahan merasa sulit memberi waktu untuk makan dengan semestinya.
"Anak-anak jadi mencari kepuasan rasa dengan cepat dan makan dengan gampang, dan akibatnya kehilangan kemampuan dan keinginan untuk meluangkan waktu dan upaya untuk menikmati makanan rumahan," lanjut Tucker mengenai efek buruk mengonsumsi makanan olahan.
Mulut yang masih mungil dan gigi yang masih goyah butuh waktu lebih lama untuk memecah makanan, khususnya makanan rumahan. Makanan ini jadi penghalang bagi anak-anak yang beradaptasi pada makanan yang mudah dimakan. Mereka kehilangan kemampuan untuk mengecap rasa, aroma, dan teksturnya, demikian menurut Tucker.
Untuk mendorong anak makan makanan rumahan yang sehat, akhirnya para ibu memberikan tipuan untuk mempercepat waktu makan. Misalnya, memberikan saus tomat untuk cocolan sayur. Banyak yang berhasil dengan cara ini, namun dalam jangka panjang anak jadi meyakini bahwa menambahkan saus pada makanan sehat adalah cara yang tepat untuk mengonsumsinya. Maka, sebelum memberikan nugget dengan segala aksesorinya, ingat-ingat dulu efek buruk mengonsumsi makanan olahan.
(Dini/Female First)
KOMENTAR