Tabloid-Nakita.com - Menghadapi anak sensitif memang tidak mudah, bahkan boleh dibilang melelahkan. Anak-anak sensitif mudah terganggu dengan keramaian, kegaduhan, situasi yang baru, perubahan yang mendadak, dan kesedihan yang dialami orang lain. Kritikan, dan kekalahan, akan ditanggapi dengan kesedihan mendalam.
Misalnya, anak jatuh saat berlari-lari sehingga lututnya lecet. Karena tidak begitu sakit, ia mungkin tidak menangis. Tetapi pada anak sensitif, jatuh saat berlari membuatnya ditertawakan teman-temannya. Itulah yang membuatnya menangis tak henti-hentinya. Nah, jika tidak tahu menghadapi anak berkepribadian sensitif, orangtua pasti jadi kewalahan.
Baca: Masih Kecil, Kok Sensitif?
Namun, anak sensitif juga bisa menjadi sehat dan bahagia jika Mama tahu cara mengasuh anak sensitif. Begini trik yang disampaikan Maureen Healy, penulis buku Growing Happy Kids:
Hadapi sebagai anugerah
Anak yang terus menangis dan tidak mau berkumpul dengan teman-teman atau keluarga memang lama-kelamaan membuat Mama kesal. Tetapi, daripada melihat sisi sensitifnya sebagai kekurangan, akan lebih baik kalau kepribadian itu Mama pandang sebagai anugerah. "Anak-anak sensitif sangat peka dengan perasaan orang lain. Hal ini membuat mereka menjadi teman-teman yang mampu berempati," ujar Linda Dunlap, PhD, profesor psikologi di Marist College, Poughkeepsie, New York. Sensitif juga kepribadian khas yang dimiliki seniman yang kreatif, inovator, dan anak-anak yang berbakat.
Bekerjasamalah dengan anak
Anak sensitif mampu merespons lebih baik jika diminta melakukan sesuatu. Mereka juga lebih penurut dengan orang dewasa, sehingga orangtua tak perlu menerapkan disiplin yang keras. Disiplin yang keras biasanya justru akan membuat anak menangis, berteriak, atau situasi emosional lain yang ingin Mama hindari. Bekerjasama dengan anak bisa dilakukan dengan memelajari pemicu rasa sensitif mereka, misalnya ketika menghadapi kerumunan orang. Ajarkan mereka menarik napas ketika muncul perasaan yang meluap-luap saat menghadapi sesuatu.
Baca: Ciri-ciri Anak Sensitif yang Tidak Mama Sadari
Fokus pada kekuatan
Berusahalah mengingat bahwa si sensitif adalah anak yang sangat berbakat, yang akan "berulah" ketika merasakan kesedihan atau kekecewaan yang mendalam. Latih diri Mama untuk melihat kekuatan anak lebih dulu, seperti kreativitas mereka yang tinggi, penerimaan, dan kecerdasan mereka. Hal ini penting karena akan membantu Mama menerima tantangan-tantangan yang mereka berikan, seperti mengurung diri, pemalu, atau justru aktif berlebihan.
Terimalah apa adanya
Merangkul anak dengan kepribadiannya yang sensitif adalah langkah pertama. Banyak orangtua yang mengunjungi psikolog karena ingin mengubah anaknya yang sensitif menjadi tidak begitu sensitif. Padahal, tak mungkin mengubah kepribadian seseorang. Terimalah sisi sensitif anak sebagai anugerah, dan sebagai bagian dari perjalanan hidup Mama sebagai orangtua.
Ciptakan ketenangan
Karena anak-anak sensitif kebanyakan dipengaruhi oleh lingkungan rumah dan sekolah, akan lebih baik jika Mama mengambil waktu untuk menciptakan ruang yang sesuai kepribadian mereka. Si kecil mungkin suka berada di sudut kamarnya di mana ia bisa bersantai dengan boneka monyet dan buku mewarnai yang bisa membuatnya tenang. Ketenangan seperti ini mungkin juga dibutuhkan anak sensitif di ruang kelasnya, dengan cahaya dan warna cat dinding yang tepat, hingga suara-suara yang biasa didengarnya.
Baca: Kelebihan Anak Sensitif yang Tak Dimiliki Anak Lain
Disiplin yang halus
Meskipun anak sensitif lebih perasa, tidak berarti mereka boleh diberi batasan-batasan dalam hidupnya. Mama perlu memberikan anak pola pendisiplinan yang lembut dan batasan-batasan yang jelas, yang disampaikan dengan sikap menghargai. Jika si kecil sudah waktunya tidur tetapi menolak, Mama bisa mengatakan, "Sayang, Mama tahu kamu masih ingin bermain, tapi ini sudah waktunya tidur. Kamu perlu beristirahat, dan kita sudah sepakat tidur jam 20.00. Dan sekarang sudah jam 20.00. Yuk, kita siap-siap tidur." Disiplin yang lembut seperti ini bisa dilakukan saat menghadapi anak sensitif, tanpa perlu membentak dan memukul.
(Dini/Psychology Today)
KOMENTAR