Spekulasi keduanya yang muncul adalah hal ini lantaran Brooklyn Beckham menikahi wanita kaya sehingga harus ganti nama.
Melansir The Atlantic, di abad pertengahan Inggris, pria yang menikahi wanita dari keluarga yang lebih kaya, terkadang menggunakan nama belakang istrinya.
Stephanie Coontz, profesor Psikologi Pernikahan dan Keluarga di Evergreen State College Amerika Serikat mengatakan, sejak abad ke-12 hingga ke 15, banyak masyarakat hierarki di Inggris dan Perancis menyebutnya dengan istilah "kelas melebihi gender".
Selama periode ini, bagi pria yang menikahi perempuan yang berasal dari kelas atas kerap menggunakan nama belakang istri sebagai nama tengahnya. Hal ini berkaitan dengan pembagian ahli waris yang tentunya amat esensial.
Dalam kasus Brooklyn Beckham, banyak yang berspekulasi jika ia harus mengganti namanya lantaran dinilai kalah kaya dari penggantin wanita.
Keluarga Beckham, dengan berbagai aset dan sumber hartanya diketahui memiliki kekayaan bersih 380 juta pounds Inggris atau Rp 7,1 triliun.
Sementara, keluarga Nicola Peltz yang berasal dari AS jauh lebih kaya dengan jumlah harta mencapai 1,3 miliar pound Inggris atau Rp 24 triliun.
Spekulasi berikutnya, alasan pria ganti nama istri dianggap kalah dominan.
Sementara itu, Brian Powell, seorang Profesor Keluarga dan Gender di Indiana University Bloomington mengatakan, banyak pria cenderung memiliki pemikiran yang sama tentang menyerahkan nama belakang mereka.
Dalam risetnya terkait perubahan nama suami setelah perkawinan, kebanyakan pria merasa hal itu dianggap kurang gentle.
Stigma sosial yang akan dialami seorang pria karena mengubah nama belakangnya sendiri saat menikah, kemungkinan akan lebih besar.
Penulis | : | Syifa Amalia |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR