www.Tabloid.Nakita.com.- Meskipun belum termasuk dalam pendidikan formal, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), tetap menjadi favorit orangtua untuk mengirimkan anaknya “bersekolah”. Diharapkan, ditempat ini mereka belajar keterampilan dasar yang berguna untuk kemudian hari.
Namun, di tahun depan agaknya PAUD akan dibatasi karena dinilai jumlahnya yang menjamur saat ini, malah akan menurunkan kualitas PAUD. Pembatasan ini diberlakukan karena banyak PAUD yang dianggap tidak memenuhi standar. Hal ini, menurut Pembina PKK Kemendesa Ari Haryati Marwan Jafar, akan berbahaya bagi anak didik. Ari mengatakan, hasil studi 2002 menyebutkan, PAUD yang tidak berkualitas akan menghambat perkembangan anak. Sedangkan masa itu merupakan masa emas anak. "Tahun 2002, PAUD yang tidak berkualitas akan menghambat perkembangan anak. Jika anak disekolahkan yang salah, maka hasilnya juga akan salah," ujar Ari di Sleman, Yogyakarta, Senin (9/5/2016).
Melihat hal ini, Kemendesa dengan organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK) bekerja sama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHS) menggelar acara pelatihan peningkatan kualitas kepada 100 guru PAUD dari Temanggung, Bangkalan, Sumenep, dan Yogyakarta. Tujuannya agar ada peningkatan guru PAUD dengan pelatihan guru.
Pelatihan ini akan berlangsung selama lima hari mulai 9-13 Mei 2016 di Yogyakarta. Para peserta akan mendapatkan materi peningkatan kualitas PAUD yang mencakup kualitas guru pendidik, kurikulum, buku atau bahan ajar. Pelatihan peningkatan guru PAUD agar anak memiliki kualitas yang bagus dan pribadi yang kuat.
Jumlah PAUD di Indonesia ada ratusan ribu. Namun, tenaga pendidiknya kebanyakan dari para sukarelawan, seperti anggota PKK. Namun sayangnya, mereka belum memiliki pengetahuan mendidik yang berkualitas. Mereka masih menerapkan pendidikan yang didapatnya dahulu, padahal belum tentu sesuai dengan kebutuhan anak saat ini.
Hal ini yang menjadi alasan untuk tidak lagi menambah jumlah PAUD, artinya jumlah PAUD akan dibatasi, tetapi kualitasnya akan ditingkatkan. Terutama kualitas pendidik. Para guru PAUD dituntut memiliki kemampuan untuk membuat anak nyaman di PAUD sehingga dapat menyerap ilmu. "Guru yang berkualitas dan sudah mendapat pembekalan PAUD akan mempunyai berbagai bekal aktivitas yang dapat membuat anak nyaman. Bila anak nyaman di kelas, maka informasi dan ilmu gampang diserap si anak. Itu yang berkualitas, sehingga anaknya akan berbeda, mulai kreativitasnya beda, percaya dirinya, kemandiriannya, dan beberapa skill intelegensinya," kata Ari. Selain itu, pihaknya juga memonitoring pelaksanaan pendidikan usia dini melalui para penilik dan pengawas.
Selama ini, perizinan pembuatan PAUD di berbagai kota di Indonesia dinilai terlalu mudah. Selama mempunyai lahan atau garasi rumah yang kosong, ditambah tinggal di kompleks pemukiman, orang "boleh" mendirikan PAUD. Guru-gurunya juga diambil dari sukarelawan yang bersedia meluangkan waktu untuk mengajar. Dari segi kualitas, tentu saja hal ini kurang dapat dipertanggungjawabkan.
(Santi Hartono/foto:woodsideschool.org)
Belajar dari Viralnya Anggur Muscat, Ini Cara Cuci Buah yang Benar untuk Hilangkan Residunya
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR