Tabloid-Nakita.com - The most simple things can bring the most happiness - Anonim
“Bu, bus bu, ada bus...” ungkap Alif antusias tiap kali ada bus besar, metromini atau kopaja yang dilihatnya. Lucu memang anak-anak, hal-hal seperti bus yang dilihatnya saja sudah bisa membuat matanya berbinar dan mulutnya tak henti berkomentar.
Kali ini entah kenapa, saya turut antusias melihat kopaja dan metromini yang kami lewati sepanjang perjalanan kami di mobil. Masih ingat, dulu jaman masih berkuliah di Depok, saya beberapa kali iseng naik kopaja menuju Blok M lalu jalan-jalan di Pasar Mayestik dan terakhir mendatangi kantor ibu yang letaknya tak jauh dari situ.
Sebenarnya tak ada maksud tertentu, hanya ingin berjalan-jalan naik angkutan umum sambil membawa catatan kecil di saku untuk menulis hal-hal menarik yang saya temukan dalam perjalanan yang bisa saya tuangkan dalam cerita atau hanya sebagai bahan renungan.
Bagi sebagian orang hal ini biasa saja atau mungkin aneh, tapi bagi saya ada kenangan tersendiri duduk di bangku metromini atau kopaja sembari melihat aktivitas para penumpang dan penjual makanan, kenangan yang ternyata begitu kuat menghubungkan saya dengan ibu.
Dulu sewaktu kecil, bila datang masa liburan sekolah, ibu mengajak saya untuk ikut ke tempatnya bekerja. Biasanya, ketika ikut dengan ibu ke kantor, saya diajak berjalan-jalan ke Pasar Mayestik yang bisa dijangkau dengan bajaj atau metromini dari kantor ibu. Hal ini paling saya tunggu-tunggu. Perjalanan itu, bagi saya yang masih kanak-kanak dulu, layaknya sedang “berpetualang”, melihat berbagai macam orang dengan rutinitasnya.
FOTO: IRISH TIMES
“Petualangan” terasa nyaman karena ada ibu yang menemani, belum lagi ibu selalu membelikan makanan atau minuman yang saya minta ketika melakukan perjalanan bersama. Kenangan tersebut kenangan yang tak saya lupakan, sederhana namun selalu mengingatkan saya bahwa menghabiskan waktu dengan ibu begitu mengasyikkan. Lucu ya, padahal hanya sekedar menemani anaknya berjalan-jalan ke pasar naik angkutan umum.
Tiap kali mengingat hal ini, saya seperti diingatkan bahwa bonding dan kenangan dengan anak tak melulu harus sesuatu yang sulit dan mewah. Kenangan manis ini mungkin ada pada rutinitas sehari-hari kita dengan anak, yang tanpa kita sadari menyentuh hatinya yang terdalam dan membuat ia tahu bahwa ayah ibunya menyayanginya.
Kita tidak pernah tahu apa-apa yang menjadi kenangan indah kelak bagi anak kita. Tak perlu berkecil hati apabila waktu yang kita miliki untuk anak terbatas karena tuntutan mencari nafkah, bisa saja kenangan indah tertanam pada saat kita mencium pipi dan keningnya ketika akan berangkat bekerja, atau saat kita menerima sambutan rindu anak-anak di rumah.
Tak perlu kecil hati bila kita tak bisa memfasilitasi kebersamaan dengan hal-hal tak terjangkau, bisa saja kenangan itu terbentuk saat kita menyuapinya, memandikan dan memakaikan pakaiannya, menemaninya mengerjakan tugas sekolahnya, atau saat kita mengelus dan memeluknya ketika ia menangis karena kehilangan benda kesayangannya.
Menghargai dan menjalani dengan tulus aktivitas yang kita lakukan bersama anak tanpa terganggu gadget, pekerjaan, atau perkara rumah tangga lain, mungkin adalah hal yang bisa kita usahakan agar pesan kasih sayang kita tersampaikan, walau kita bukan orangtua yang pandai mengucap kalimat manis atau mampu membahagiakan mereka dengan materi berlimpah.
Semoga Allah melapangkan hati kita untuk bisa menjaga titipan-Nya dengan kasih sayang dan melembutkan hati anak-anak kita agar mudah menangkap pesan kasih sayang dari ayah ibunya.
Bekasi, 27 April 2016
Tulisan ini juga bisa dibaca di: Kesederhanaan yang Tak Terlupakan
KOMENTAR