Tabloid-Nakita.com - Penyebab terjadinya gondongan karena virus paramyxovirus yang penyebarannya mirip dengan virus flu. Penularan bisa terjadi melalui percikan air ludah penderita gondongan yang bersin atau batuk, kemudian masuk ke dalam pernapasan seseorang. Ujung-ujungnya, ia pun mengalami sakit gondongan. Penularan juga bisa terjadi melalui media perantara, misalnya anak menggunakan gelas atau handuk yang juga dipakai oleh penderita gondongan.
IMUNITAS TUBUH RENDAH
Gondongan memang sering dialami anak-anak karena daya tahan tubuh mereka masih belum optimal seperti orang dewasa. Infeksi virus pun jadi mudah menyerang anak. Ada beberapa gejala yang tampak bila anak mengalami gondokan, di antaranya demam, pegal-pegal, pusing, dan lemas. Gejala-gejala muncul sekitar 2-3 hari.
Kemudian, disusul dengan pembesaran kelenjar parotis yang terletak di bawah telinga. Sebagai informasi, kelenjar ini selain terletak di bawah telinga juga bisa di bawah tulang rahang atau di bawah lidah. Akan tetapi, yang sering mengalami peradangan adalah kelanjar yang terletak di bawah telinga. Karena itulah, tak heran bila anak mengeluh sakit kala mengunyah. Meski tidak merasa sakit saat buka mulut dan tak mengalami kesulitan menelan. Mengapa sakit ketika menelan? Pasalnya, benjolan kelenjar terjadi di area bawah telinga. Akan tetapi, tidak berefek pada fungsi telinga karena peradangan terjadi di bagian bawahnya saja.
Nah, sejak masa inkubasi hingga timbulnya gejala dan sembuh bisa berlangsung sekitar 1-2 minggu. Akan tetapi, rata-rata anak sudah bisa sembuh setelah sekitar 7-10 hari. Biasanya peradangan yang terjadi ringan. Hanya sedikit yang sampai menimbulkan komplikasi, misalnya, peradangan pada testis, kandung telur (pada perempuan), dan pankreas. Meski begitu, insiden kasus-kasus tersebut jarang dan sangat kecil angkanya.
PERLU CEK DARAH?
Lalu, bagaimana dokter mendiagnosis bila anak gondongan? Tentunya dokter akan memeriksa gejala klinis yang terjadi. Misalnya, demam, pegal, pembesaran atau benjolan di bawah telinga. Untuk memastikan penyakit apa atau menegakkan diagnosis, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan serologi yang bertujuan untuk mengetahui kadar antibodi terhadap gondongan tersebut. Akan tetapi, upaya pemeriksaan darah jarang dilakukan karena umumnya berdasarkan pemeriksaan klinis saja sudah dapat diketahui karena ciri atau tanda penyakit ini memang khas.
Terkait penanganan gondongan, dr.Felliyani, Sp.A dari Bogor Medical Cente rmenyarankan anak untuk lebih banyak beristirahat. Dilakukan kompres di area yang bengkak juga boleh-boleh saja untuk meringankan keluhan nyeri yang dialami sehingga anak tak rewel kembali. Kemudian, disarankan si kecil untuk banyak minum atau diberikan obat penurun demam. Ini yang dalam bahasa medis disebut pengobatan suportif. Pasalnya, penyakit yang dikarenakan virus sebenarnya tanpa diberi obat apapun akan sembuh dengan sendirinya. Tak ada antivirus. Berbeda dengan penyakit yang disebabkan bakteri, biasanya dibutuhkan pengobatan antibiotik untuk membunuh kuman. Jadi, seiring peningkatan daya tahan tubuh si kecil, penyakit ini pun berangsung akan sembuh. Sekarang ini memang banyak sekali beredar di pasaran obat-obatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Akan tetapi, hingga sekarang belum terbukti bahwa obat-obatan imunomodulator ini dapat mempersingkat waktu penyakit gondongan ini.
Upaya lain yang bisa dilakukan sebagai tindakan preventif adalah vaksinasi MMR yang berguna untuk mencegah penyakit gondongan. Imunisasi ini diberikan pada anak di atas usia 1 tahun dan diberikan sebanyak dua kali atau diulang setelah usianya 6 tahun.
Nah, seiring makin banyaknya anak yang menjalani vaksinasi ini, angka kasus gondongan pada anak juga semakin turun bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Artinya, anak dengan penyakit gondongan relatif lebih jarang di masa sekarang ini.
(Hilman Hilmansyah/Santi/Foto:thinkstock)
Penulis | : | Santi Hartono |
Editor | : | Santi Hartono |
KOMENTAR