TANYA:
Ibu Mayke, anak kami berusia 3,5 tahun. Sekarang sudah bersekolah di playgroup. Yang menjadi masalah, dulu waktu kami menempati rumah yang lama, anak saya senang sekali ke sekolah, bahkan tak mau kalau diminta membolos. Namun, saat kami pindah dan menempati rumah baru, anak kami tak mau sekolah.
Banyak sekali alasannya. Kami pun jadi bingung bahkan sampai tak tahu lagi cara apa yang harus dilakukan. Sudah berbagai bujuk rayu kami lakukan. Saya takut hal ini akan terus berlanjut, padahal pendidikan kan sangat penting, ya Bu? Mohon solusinya bagaimana mengatasinya? Terima kasih atas jawabannya.
Ibu Yusuf - Semarang
JAWAB:
Merupakan gejala yang menarik untuk diamati, kenapa tadinya dia bersemangat sekolah, tetapi setelah pindah mogok sekolah. Coba cari tahu, bagaimana keadaan sekolah yang baru, mencakup: 1) program yang diberikan kepada anak-anak, apakah banyak lembar kerja yang harus dia buat sehingga membosankan; 2) cara guru melakukan pendekatan, menjelaskan, bercerita, membimbing, membujuk anak asuhnya; 3) perilaku teman-temannya, apakah kasar, suka mengancam.
Di luar hal-hal yang saya utarakan di atas, sebenarnya bisa dipahami bahwa si kecil sedang “bingung lingkungan”. Situasi serbabaru membuatnya merasa was-was, apalagi kalau situasi playgroup (PG) yang sekarang tidak sekondusif PG-nya dulu. Pindah rumah, bisa jadi merupakan permasalahan tersendiri. Kemungkinan dia kehilangan teman sepermainannya, keluarga besar yang selama ini tinggal serumah dengan dia, dimana dia sering kali mendapat dukungan karena ada teman ketika orangtuanya bekerja, dan lain-lain.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah penyesuaian diri anak. Walaupun di PG sebelummya dia bersemangat masuk ke PG, namun perlu dicari tahu bagaimana reaksi anak ketika untuk pertama kalinya memasuki PG tersebut. Hal ini terkait dengan penyesuaian diri pada situasi baru.
Setelah Anda mencari tahu berbagai faktor yang saya tulis, maka langkah selanjutnya adalah mencari solusi. Bila masalahnya adalah penyesuaian diri pada situasi PG, cobalah minta izin pada guru/pimpinan sekolah, agar untuk sementara waktu anak boleh ditemani oleh ibu/pengasuhnya. Mintalah bantuan guru untuk mencari tahu teman yang disukai si kecil dan mencoba untuk menggabungkan mereka bermain bersama. Selain itu guru bisa melakukan pendekatan dengan mengajaknya mengobrol di saat istirahat, membantu guru dengan tugas-tugas ringan seperti menyiapkan buku, dan-lain. Tujuannya, membangun rasa aman dan trust pada anak. Secara bertahap (1—2 bulan) tinggalkan anak dan biarkan guru yang mengambil alih masalahnya. Mudah-mudahan saran-saran di atas bisa membantu.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
KOMENTAR