TANYA:
Ibu Mayke, anak kedua kami, Nayla, berusia 4 tahun. Wataknya berbeda dari kakaknya yang berusia 6 tahun, entah karena berbeda jenis kelamin atau karena ia anak bungsu sehingga agak manja. Saya tipe ibu yang tidak membeda-badakan atau pilih kasih karena bagi saya semua anak sama. Watak kurang baik si bungsu ini salah satunya kalau minta sesuatu dan tak dikabulkan, dia akan menangis lama dan susah berhenti. Sampai-sampai saya bingung bagaimana cara mengatasinya.
Bagaimana ya, Bu, menyikapi hal ini? Kalau selalu dikabulkan, saya khawatir sikapnya itu menjadi “senjata”, setiap ingin sesuatu pasti didahului dengan menangis.
Demikian Bu Mayke, mohon solusinya, terima kasih atas bantuannya. Salam.
Yanti - Jakarta
JAWAB:
Bu Yanti, saya setuju sekali dengan pernyataan Ibu, bahwa kalau Nayla selalu menangis untuk mencapai keinginannya, maka menangis akan menjadi senjata ampuh bagi Nayla. Bahwa Nayla berbeda dari kakaknya, sudah bisa dipastikan, karena tidak ada dua manusia yang sama persis.
Berbagai faktor ikut berperan terhadap perilaku anak di usia 2—6 tahun, yaitu sedang berada di fase hanya mampu melihat segala masalah dari kacamata anak (egosentris), kepribadian anak, pola asuh orangtua, posisinya sebagai anak bungsu, dan mungkin sekali karena dia anak perempuan.
Interaksi orangtua dengan anak ikut ditentukan oleh kepribadian anak. Sebagai contoh, karena watak anak cenderung lebih keras bertahan dengan kemauannya, maka orangtua lebih sering bersikap keras, atau malahan bersikap mengalah dan meloloskan permintaan anak. Entah, Ibu dan suami termasuk orangtua yang bagaimana.
Cara mengatasinya pada anak seusia Nayla, mudah saja. Biarkan dia menangis, kalau perlu sampai satu jam, diamkan saja, dan nyatakan alasan kenapa keinginannya tidak bisa dipenuhi. Dalam hal ini, Ibu dan Bapak perlu bersikap bijaksana, memilih mana permintaan yang ditabukan dan mana yang sebenarnya baik, diberikan ditinjau dari kepentingan perkembangan anak.
Contoh, permintaan tetap bermain padahal waktu sudah menunjukkan pukul 21, bisa ditolak, sebab menyangkut disiplin dan Nayla perlu istirahat yang cukup. Sedangkan permintaan bermain air ketika mandi sepulang sekolah, bisa diizinkan asal diberikan batas waktu misalnya maksimal 30 menit. Kegiatan ini bisa dijadikan pengalaman mengenai sifat air dan eksperimen lainnya dengan menggunakan air. Apabila setiap pergi ke toko dia selalu minta dibelikan mainan, bisa ditolak, sebab akan membuat anak manja dan tidak menghargai barang, terlalu mudah mendapatkan keinginannya, nantinya bisa berdampak menghambat daya juang anak.
Jangan sampai muncul anggapan bahwa keinginan anak harus selalu dipenuhi agar anak tidak kecewa dan menilai orangtuanya pelit, jahat, dan sebagainya. Justru di usia kecil, anak perlu mempunyai pengalaman bahwa belum tentu setiap keinginannya bisa dipenuhi dan berikan alasan yang masuk akal. Pengalaman ini akan menjadikannya sebagai anak yang tidak mudah menyerah ketika dihadapkan pada situasi yang sulit.
Saya berharap Ibu Yanti dan keluarga besar bisa menjalankan saran yang saya berikan secara konsisten, agar Nayla tumbuh dan berkembang menjadi anak yang tidak mudah berputus asa dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk meraih sesuatu.
Dua Resep Spesial ala Anchor yang Wajib Dicoba, Meracik Keajaiban Momen Liburan Bersama Keluarga
KOMENTAR