"Tapi ternyata, dari data yang kita punya, permasalahan itu sama saja. Dari faktor ibu ada sekitar 30%, dari faktor suami juga 30%, 30% faktor dua-duanya," terang Prof. Arief yang juga menjabat sebagai Direktur Sains Morula IVF Jakarta.
Dari hal tersebut, bisa disimpulkan bahwa faktor penyebab sulit hamil itu tidak hanya datang dari faktor istri saja, Moms dan Dads.
Kemudian bagaimana dengan sisanya? Prof. Arief menyampaikan, 10% merupakan pasangan suami istri yang sehat tapi ternyata harus mengikuti program bayi tabung.
Prof. Arief menyebut, definisi masyarakat akan infertilitas itu adalah jika pasangan suami istri sudah menikah, kemudian selama setahun melakukan hubungan suami istri secara normal dan tanpa kontrasepsi, tetapi belum hamil.
"Nah, ini kita harus mulai berpikir, 'Kira-kira ada apa ini?'" sebutnya.
"Dan sekali lagi, bukan hanya di ibu, tetapi suami juga harus dapat dipastikan sehat," lanjutnya.
Kenapa sekarang ini semakin banyak pasangan yang ikut program bayi tabung?
"Saya kira ini karena masalah komunikasi ya," sebut Prof. Arief.
"Kalau dulu, yang namanya infertilitas itu kan sesuatu yang sangat tabu untuk dibicarakan," sebutnya lagi.
Sekarang, lanjut Prof. Arief, dengan media komunikasi yang begitu banyak, dan banyak juga yang menyampaikan edukasi, informasi terkait infertilitas menjadi sangat mudah dicari.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR