“Untuk itu, kami sangat mengapresiasi inisiatif dan kolaborasi yang baik bersama Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais dan Roche Indonesia selama menjalankan Project ECHO di Indonesia. Seiring berjalannya program ini, kami berharap lebih banyak lagi tenaga kesehatan dan rumah sakit yang turut berpartisipasi dan mengadopsi program telementoring ECHO untuk penanganan kanker, dan semoga ke depannya dapat berkembang juga untuk penyakit lain.” sambungnya.
Saat ini, jumlah dokter spesialis penyakit hematologi-onkologi medik di Indonesia hanya berjumlah 188 orang, dan spesialis bedah onkologi hanya berjumlah 202 orang.
Angka ini sangat jauh di bawah kebutuhan masyarakat Indonesia akan bantuan terhadap kanker, yaitu sekitar 0,07 dari 100 ribu penduduk.
Jumlah ini juga masih tergolong sangat rendah dibandingkan dengan jumlah yang direkomendasikan oleh UK Royal College of Physician, yaitu sebesar 1,42 untuk tiap 100 ribu penduduk.
Selain itu, tidak hanya jumlah tenaga medis profesional yang tidak merata di geografis Indonesia, namun dengan terus berkembangnya teknologi tapi tidak didukung dengan pembaharuan fasilitas dan informasi di wilayah-wilayah kecil, juga mengakibatkan keterbatasan dalam penanganan pasien kanker.
Sebenarnya, program telementoring ECHO ini dapat dikatakan sebagai kendaraan yang cepat untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam melayani pasien kanker di fasilitas kesehatan.
Pada praktiknya, tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual, meningkatkan kapasitas bagi penyedia layanan kesehatan agar dapat melakukan penanganan terbaik bagi masyarakat yang belum terlayani di wilayahnya.
Dengan demikian, pasien kanker yang berada pada wilayah dengan akses terbatas tersebut, tetap bisa mendapatkan pertolongan atau perawatan pertama dan secukupnya, sebelum atau tanpa perlu dirujuk ke rumah sakit yang lebih mumpuni untuk tindakan lebih lanjut.
dr. R. Soeko Werdi Nindito D., M.A.R.S., Direktur Utama RS Kanker Dharmais dalam acara yang sama juga mengungkapkan dalam menjalani telementoring ini banyak pengalaman yang bisa diperoleh, setelah berjalannya program ini keberhasilan bisa didapatkan jika dikerjasamai dan didukung oleh semua kalangan.
“Selama menjalankan telementoring ECHO, kami belajar banyak baik dari sesi yang berjalan maupun dari pengalaman berbagai negara.
Salah satu hal mendasar yang penting bagi keberhasilan intervensi telementoring ECHO adalah adanya pola pikir (mindset) bahwa telementoring ECHO adalah proses pembelajaran terus-menerus, dan didukung sepenuhnya baik oleh manajemen rumah sakit, para ahli (subject matter expert) serta adanya dukungan kebijakan dari pemerintah,” terang dr. R. Soeko Werdi Nindito D., M.A.R.S.
dr. R. Soeko sangat berharap semua mitra kerja bisa melihat manfaat telementoring ECHO serta bekerja sama sebaik-baiknya, agar pelaksanaannya bisa berdampak terhadap kualitas layanan serta hasil penatalaksanaan kanker di Indonesia.
Sejak diluncurkan tujuh bulan lalu, beberapa program telah berhasil dijalankan dengan menggunakan metode telementoring ECHO, di antaranya: 1) ECHO kanker payudara, dengan pendekatan diagnosis Multi Disciplinary Team (MDT); 2) ECHO kanker anak (acute leukimia), dengan pendekatan diagnosis MDT; dan 3) ECHO deteksi dini kanker payudara, sebuah proyek percontohan (pilot project) di Kabupaten Tangerang yang merupakan kolaborasi antara Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Komunitas Peduli Kanker Payudara (KPKP).
Program 1 dan 2 diikuti oleh 15 rumah sakit spoke dengan jumlah peserta sekitar 60-80 orang setiap sesi; dan program 3 merupakan program pelatihan terstruktur yang melibatkan 100 peserta tenaga kesehatan, kader kesehatan, dan awam di 2 Puskesmas dan RSU Kabupaten Tangerang yang juga didukung oleh pemerintah daerah.
BERITA POPULER: Harga 1 Gram Emas Antam di Pegadaian hingga Cara Cek NIK Penerima Bansos PKH
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR