Ahli lain berpendapat, si kidal punya potensi bermasalah untuk menyesuaikan diri dan menjadi pribadi yang baik.
Jika ia menyadari dirinya berbeda, tentunya akan berpengaruh pada sikapnya terhadap diri sendiri dan pada gilirannya mempengaruhi sikap terhadap perilakunya.
Misal, ia merasa rendah diri karena mendapat julukan "si kidal". Ini bisa berpengaruh buruk terhadap konsep dirinya.
Bahaya ini cenderung meningkat ketika ia makin besar dan saat ia memasuki tahapan ingin seperti teman sebayanya.
Biasanya perasaan malu dan sadar diri akan adanya perbedaan ini mencapai puncaknya di masa puber dan pada awal masa remaja.
Kendati demikian, tak berarti kita harus memaksa si kecil menggunakan tangan kanannya. Sebab, bisa menimbulkan dampak psikologis.
Antara lain, anak jadi gagap. Jika sebelumnya bicaranya oke-oke saja lalu jadi gagap, berarti dia mengalami banyak tekanan.
Ia dipaksa pakai tangan kanan sementara ia tahu, tangan kirinya lebih kuat dan terampil.
Gagapnya itu akan hilang jika ia kembali boleh menggunakan tangan kirinya.
Selain itu, anak jadi gugup, semisal mengisap jempol dan menggigit jari. Bahkan
mengompol.
Jadi, yang terpenting adalah sikap menerima dari lingkungan. Jangan sampai si kidal diejek atau ditertawakan. Jika sikap orang tua menerima, biasanya lingkungan pun menerima hingga anak jadi lebih kuat. Menghadapi orang lain pun, ia bisa bersikap biasa-biasa saja.(Sumber: Tabloid Nakita)
Baca Juga: Segera Catat dan Simpan! Ini 5 Cara Menyapih Anak dari Botol Susunya
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR